Berjualan Kerupuk, Kakek 54 tahun Bisa Kantongi 3 Juta Rupiah per 20 Hari

CIREBON (CT) – Delapan belas tahun lamanya, Ade Ruhyat (54) tinggal  di Kota Cirebon tepatnya di Daerah Pelandakan Kecamatan Kesambi. Selama itu pula, Ade (sapaan keseharianya) berjualan kerupuk dengan berkeliling menggunakan sepeda ontel di wilayah Kabupaten Cirebon.

Warga Tasikmalaya itu, setiap pagi hingga sore hari berkeliling mendatangi puluhan warung-warung dan perumahan mengantarkan kerupuk kepada pelanggan tetapnya. Daerah Sumber, Pamijahan, Plumbon dan Kecamatan Talun merupakan daerah jajahanya. Tak heran, bila Ibu-ibu banyak yang mengenal sosok Ade, sosok si tukang krupuk yang ramah dan murah senyum itu.

Di usia yang mulai renta dan fisik yang sudah mulai lemah, kakek dua cucu ini, tampak tegas berjalan sambil mendorong sepeda ontel yang  beriskan krupuk yang dibungkus menggunakan karung berwarna putih. Sesekali, Ade juga menaiki ontel itu, dengan sesekali terlontar dari mulutnya meneriakan “krupuk- krupuk” di setiap jalan yang dia lalui.

Kepada CT, Ade menceritakan perjalanya hingga terdampar di kota udang ini. Sebelum berjualan kerupuk keliling, Ade sempat menjadi buruh bangunan di Jakarta. Namun, menjadi buruh bangunan dengan upah Rp. 50 ribu/hari membuatnya harus menghemat. Upah sebesar itu, menurutnya tidak cukup untuk kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

“Tahun 1996, saya diajak kakak ke Cirebon untuk berjualan krupuk dengan berkeliling, sampai sekarang. Sedangkan kakak merantau ke Malaysia bekerja di perkebunan,” Kata Ade, sambil sesekali menyeka kringat diwajahnya menggunakan handuk putih kecil yang dililikan dilehernya, Rabu (30/10).

Dalam sehari, terang Ade, penghasilan dari menjual kerupuk, bersihnya setelah dipotong makan, minum dan beli rokok masih bisa mengantongi Rp 100 ribu. Teriknya matahari tidak menyurutkan Ade dalam bekerja. Karena istri dan cucunya di Tasikmalaya selalu menunggunya setiap bulanya.

BACA JUGA:  Promo Single Terbaru, Natasha Pramudita Hadiri Talkshow di Malala Radio

“Dua puluh hari sekali saya pulang dengan bawa uang sekitar Rp. 3 juta. Dulu saat menjadi kuli bangunan paling banter bawa pulang uang Rp600 ribu,” ucapnya.

Dikatakan Ade, setiap sore seusai keliling berjualan langsung setor ke majikannya yang ada di daerah Babakan Kecamatan Sumber.

“Ya sambil setor, sambil bawa kerupuk untuk berjualan esok harinya mas,” ujarnya.

Setiap harinya, Ade mengaku membawa 70 bungkus krupuk ukuran besar, dengan harga perbungkusnya Rp. 4.000 dan 200 bungkus ukuran kecil dengan harga Rp1.500/bungkusnya. Krupuk yang dibawanya selalu terjual habis.

“Kenapa harus kerja jauh-jauh, kerja disini juga masih bawa uang kok. Apalagi kerjaan saya tanpa harus modal uang, tinggal ambil barang di bos dan sore setor uang. Yang penting mau keliling dengan sepeda, ya itung-itung olah raga tapi dapet uang,” pungkasnya. (CT.115)

Komentar