Belajar dari Belanda dan Jepang dalam Mengatasi Banjir

Ilustrasi

CIREBON (CT) – Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang rawan dengan bencana. Faktanya, hampir sebagian besar negara di bumi ini berhadapan dengan ancaman bencana alam. Namun, setiap negara memiliki cara masing-masing untuk mengatasi bencana yang dihadapinya.

Percaya atau tidak, Belanda membangun jalan terapung guna mengatasi banjir. Alih-alih memusuhi dan memeranginya, Belanda justru memanfaatkan banjir dengan membangun sejumlah bangunan terapung. Belanda memang salah satu negara yang terletak di bawah permukaan laut. Negara  ini memiliki 60 persen wilayah yang letaknya lebih rendah daripada permukaan air laut.

Maka itu, tidak mengherankan bila ‘Negeri Kincir Angin’ ini dulu kerap mengalami banjir besar. Selain mendirikan banyak bangunan terapung, Belanda juga membuat daerah resapan yang mampu menampung air dalam jumlah besar serta membuat dam sepanjang 9 kilometer.

Baca juga: Faktor Penyebab Terjadinya Banjir Rob yang Pernah Ada

Lain halnya dengan Jepang, negera itu mengatasi banjir dengan cara membuat sodetan di antara sungai yang melintasi wilayah perkotaan. Di antara sungai-sungai tersebut,  dibuat beberapa sumur raksasa serta ruangan bawah tanah sebagai tempat penampungan sementara.

Sumur-sumur sedalam 70 hingga 100 meter dengan diameter mencapai 20 meter tersebut saling berhubungan sehingga air yang masuk akan mengalir dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah dan lancar hingga akhirnya dibuang ke laut dengan bantuan sebuah pompa besar.

Baca juga: Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menanggulangi Banjir Rob?

Dengan dua cara berbeda di atas, Jepang dan Belanda mampu mengurangi dampak banjir dan malah memperoleh manfaat lain yaitu memperbaiki kualitas air tanah. Bagaimana dengan Indonesia? Akankah tetap diam dan masyarakatnya hanya menunggu uluran tangan karena terkena dampak penyakit sembari selfie-selfie? (Net/CT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *