Ilustrasi
CIREBON (CT) – Menurut data PBB, lebih dari separuh anak perempuan di Indonesia mengalami praktik sunat. Tradisi ini dijalankan mulai dari upacara simbolis, sampai memotong bagian permukaan klitoris, dan dianggap sebagai ajaran agama.
Namun, peneliti menyebutkan tradisi yang berasal dari Afrika ini bukan ajaran agama. Lantas dari mana tradisi sunat perempuan?
Jurnalis Udin, guru besar Universitas Yarsi, Jakarta, mengatakan tradisi sunat perempuan di Indonesia diduga berasal dari para pendatang dari Afrika melalui Yaman, yang kemudian berdagang di Nusantara melalui wilayah Sulawesi kemudian ke Jawa. Di beberapa daerah lain, sunat perempuan dilakukan sejak bayi dan seringkali bersamaan dengan tindik telinga. Tetapi dia menyatakan di Indonesia sunat perempuan berbeda dengan yang dilakukan di Afrika.
Rena Herdiyani Herdiyani dari lembaga Kalyanamitra mengatakan bahwa sunat perempuan di Indonesia dilakukan mulai dari simbolis sampai melukai.
Perwakilan khusus PBB Marta Santos Pais, mengecam praktik sunat terhadap anak perempuan di Indonesia. Di Indonesia aturan tentang sunat perempuan pernah diterbitkan sebagai panduan untuk petugas kesehatan yang kemudian dicabut kembali beberapa tahun kemudian. Tetapi saat ini tak ada hukum yang jelas untuk melarangnya.
Beberapa waktu lalu, di New York, Menteri Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise menjanjikan untuk menghentikan praktik ini. (Net/CT)