Kisah Soe Hok Gie, Aktivis Idealis dan Pecinta Alam yang Wafat dalam Dekapan Semeru

  • Bagikan

Ilustrasi

CIREBON (CT) – “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”

Demikian pernyataan Gie yang sepertinya memiliki firasat tentang kematiannya dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Gie yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983). Bagi para pecinta alam atau aktivis kampus, sepertinya tidak aneh mendengar nama Soe Hok Gie bahkan perjalanan hidupnya pun di filmkan hingga kini menjadi inspirasi lentera semangat bagi mereka yang memiliki jiwa idealis dan perjuangan menggebu untuk mendaki.

Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442m. Kemudian pada 16 Desember 1969, Gie bersama Mapala UI berencana melakukan misi pendakian ke Gunung Mahameru (Semeru) yang mempunyai ketinggian 3.676m.

Nahas, Gie harus menemui ajalnya ketika mendaki Semeru. Dari data di Pos Ranu Pane menyebutkan, daftar korban pendakian semeru sejak 1969, di mana Soe Hok Gie dan Idan Lubis meninggal dunia di puncak karena menghirup gas beracun, tercatat ada 28 orang meninggal dunia, 3 orang tidak ditemukan/meninggal dan 25 orang mengalami luka-luka/selamat. Data ini belum termasuk pendaki asal Gresik pada 6 Juni 2013 lalu yang terkena serangan jantung di Pos 1.

BACA JUGA:  Indonesia Terus Support Timor Leste Jadi Anggota ASEAN

Salah satu penanda yang berada di Ranu Kumbolo tertulis “Dalam kenangan saudara kami Andika Listyono Putra, jejakmu tertinggal di sini, senyummu kubawa pergi”.  Andika menjadi korban ganasnya alam Semeru pada tahun Juli 2009 lalu. Sebelumnya, tahun 2000 juga tercatat ada dua pendaki yang meninggal dunia. Tahun 2001 satu pendaki hilang, serta tahun 2005 satu orang pendaki meninggal dunia.

Beberapa penanda bagi mereka yang hilang maupun meninggal di Semeru banyak ditemui di beberapa tempat mulai Ranu Kumbolo hingga puncak. Di Puncak ada penanda Soe Hok Gie dan Idan Lubis, tapi sudah diturunkan tahun 2012 lalu. Di kawasan Arcopodo juga ada penanda pendaki yang meninggal, di atasnya lagi di kawasan Kelik atau vegetasi terakhir juga ada beberapa penanda pendaki yang istirahat dalam dekapan Semeru. (Net/CT)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *