CIREBON (CT) – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Jati Kabupaten Cirebon mencatat hampir semua sungai di Kabupaten Cirebon mengalami sedimentasi (pendangkalan) yang berpotensi mengakibatkan banjir, Rabu (24/12).
Curah hujan yang tinggi, daerah resapan air yang berkurang dan sedimentasi yang dialami oleh sungai-sungai yang ada di Kabupaten Cirebon menjadi penyebab utama timbulnya banjir. Selain menyebabkan banjir, sedimentasi sungai juga menyebabkan air menjadi tercemar, sehingga air sungai menjadi lebih sulit untuk diolah.
Hal ini diakui oleh Kepala Bagian Pemberdayaan Sumber Daya Alam (Kabag PSDA) PDAM Kabupaten Cirebon, Sugeng Raharjo ketika diwawancarai CT dalam acara pelantikan Direktur Umum dan Direktur Teknik PDAM yang baru di Rumah Dinas Bupati Cirebon di Jalan R.A. Kartini Kota Cirebon. menurut Sugeng, penampang basah (saluran air terbuka) sebagai kawasan penyerapan air berkurang hingga 50%. Ditambah dengan berdirinya perumahan-perumahan. Hal ini juga menjadi pendukung kurangnya penampang basah bagi aliran air.
“Sungai-sungai di Kabupaten Cirebon sudah mulai dangkal, perlu adanya peremajaan, baik pengerukan ataupun penanaman pohon di sepanjang bantaran sungai,” katanya.
Menurut Sugeng, dana ideal yang dibutuhkan untuk perawatan sungai di Kabupaten Cirebon yaitu Rp. 29 milyar per tahun. Namun sejauh ini pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi belum menganggarkan seperti yang dibutuhkan oleh PDAM. Sedangkan penanganan kebutuhan air bersih masih jauh dari kata cukup. Saat ini PDAM hanya mampu memenuhi air bersih sebesar 33% saja, jadi masih banyak masyarakat yang belum terpenuhi pasokan air bersihnya.
Pengolahan air yang dimiliki oleh PDAM saat ini yang terletak di beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon masih kurang untuk memenuhi kebutuhan air bersih, itupun dibantu mata air yang ada di Kabupaten Kuningan.
Lanjut Sugeng, bila tidak ditangani secara tepat dan cepat, maka beberapa dampak akan dialami. seperti banjir yang semakin parah dan kurangnya pasokan air bersih bagi masyarakat. (CT-107)