Cirebontrust.com – Terkait nasib Salifudin (23), warga Dusun 05, Desa Cikulak, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon yang diasingkan di hutan jati, Pemerintah Desa Cikulak mengaku sudah melakukan tindakan untuk membawa warganya tersebut berobat ke rumah sakit.
Namun, pihak keluarga keberatan lantaran tidak ada yang mau menjaga Salifudin di rumah sakit, karena pihak keluarga tidak memiliki biaya hidup selama menunggui Salifudin selama di rumah sakit.
”Orang tuanya enggak mau menemani dengan alasan biaya. Belum sempat dibawa ke rumah sakit. Padahal kalau sekarang keluarganya membolehkan, kita siap membawa Salifudin ke rumah sakit,” terang Saefudin Juhri, Kuwu Cikulak, saat ditemui di kantornya, Kamis (09/02).
Saefudin merasa prihatin dengan kondisi Salifudin. Dirinya pun secara pribadi siap menjaga Salifudin di rumah sakit, jika keluarganya mengizinkan. Bukan hanya itu, para pemuda setempat akan bergiliran menjaga Salifudin selama dirawat di rumah sakit hingga selesai.
“Secara pribadi, saya merasa prihatin. Kondisi Salifudin sekarang tidak manusiawi,” ujarnya.
Sementara itu, Bayu, Karangtaruna setempat mengaku sedang mengurus Jamkesda untuk biaya pengobatan Salifudin di rumah sakit.
“Sedang dalam proses. Nanti soal diamputasi atau tidak, itu kewenangan rumah sakit. Kita hanya mengurus dan meminta sumbangan dari warga sebagai rasa kepedulian untuk Salifudin,” pungkasnya.
Seperti pemberitaan sebelumnya, Salifudin (23) warga Dusun 05 Desa Cikulak, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon diasingkan di hutan jati oleh keluarganya, lantaran menderita luka yang membusuk.
Salifudin hidup sebatang kara di sebuah gubuk sempit di hutan jati, yang lokasinya di pinggiran Sungai Ciberes. Dia diasingkan dari penduduk sudah dua tahun lamanya, hingga kini kondisinya sangat memperihatinkan. Tubuhnya kurus kering, dan terlihat tak berdaya.
Hal itu terpaksa dilakukan oleh keluarganya, lantaran luka patah tulang yang dialami Salifudin membusuk, sehingga menganggu masyarakat setempat.
“Salifudin terpaksa diasingkan oleh ayah tirinya yang kondisinya memang miskin dan tidak punya rumah. Ayahnya merasa tidak enak hati terhadap warga setempat,” terang Adang Juhandi, Tokoh Masyarakat setempat, Selasa (07/02). (Riky Sonia)