Tantangan Pendidikan Islam pada Era Globalisasi

  • Bagikan

Citrust.id – Berbicara mengenai masalah pendidikan agama, mulai dari lembaga perguruan tinggi, pesantren, maupun madrasah di era globalisasi, harus dilihat dalam konteks pendidikan Islam.Tinjauan tersebut, baik dalam perjalanan sejarah maupun dinamika pendidikan Islam kontemporer, tantangan nasional dan global yang dihadapi oleh pendidikan Islam semakin kompleks. Pendidikan Islam, khususnya di Indonesia di era global ini, dihadapkan pada problematika filosofis-sosial yang tidak kunjung usai. Berbagai wacana maupun tawaran yang muncul, baik dari kalangan pendidik maupun dari pemerhati dan peneliti pendidikan Islam sekalipun. Ini dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang krusial ini mulai dari normatif hingga historis. Pendidikan selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupan masyarakat. Dewasa ini masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan transisional dari masyarakat agraris ke arah masyarakat industri. Bahkan, sebetulnya telah terjadi lompatan perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat informasi.

Era globalisasi, dewasa ini dan mendatang, terus mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat Muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan Islam pada khususnya. Itu sebabnya, masyarakat Muslim tidak dapat menghindari diri dari proses globalisasi tersebut. Padahal, Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Pendidikan Islam diartikan oleh Zakiah Darajat (1994: 28) sebagai aktivitas dan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan untuk mengejawantahkan nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuk pribadi muslim. Secara faktual, pendidikan Islam di Indonesia dikelompokkan oleh Ahmad Tafsir (2005: 24 25) menjadi lima jenis, yaitu: (1) pondok pesantren, (2) madrasah dan pendidikan lanjutannya (3) sekolah Islam (4) pelajaran agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi, (5) pendidikan Islam dalam keluarga, masyarakat, dan juga melalui jalur nonformal dan informal.
Pada era globalisasi ini tantangan dalam pendidikan islam yaitu yang pertama kemajuan iptek, Pendidikan Islam saat ini sedang ditantang konstribusinya terhadap pembentukan peradaban dan budaya modern yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Pada dimensi ini, pendidikan Islam mengalami kemunduran fungsi (degradasi fungsional) karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada aspek moral spiritual. pendidikan Islam tidak terlalu fokus memprioritaskan aspek yang bersifat praktis dan pragmatis, seperti penguasaan teknologi. Akibatnya, pendidikan Islam tidak mampu bersaing pada level kebudayaan di tingkat global. Kedua demokratisasi, Demokratisasi merupakan isu lain yang mempengaruhi pendidikan Islam Indonesia.tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan pada sistem politik negara sebagai antitesis terhadap sistem politik yang otoriter. Selanjutnya perkembangan tuntutan ini mengarah kepada sistem pengelolaan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Demokratisasi pendidikan Islam menghendaki sistem pendidikan yang bersifat sentralistik, seragam, dan dependen, untuk beralih mengembangkan sistem pendidikan yang lebih otonom, beragam, dan independen dan yang ketiga dekadensi moral, revolusi teknologi berakibat pada pergeseran nilai dan norma budaya. Pada lazimnya, nilai-nilai budaya dari pihak yang lebih dominan dalam penguasaan ipteks akan cenderung berposisi dominan pula dalam interaksi kultural yang terjadi. budaya Barat telah memperlihatkan superioritasnya terhadap budaya Islam. Produk teknologi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, internet, dan lain-lain dapat membuka hubungan dengan dunia luar sehingga wawasan masyarakat terbuka. Namun, lewat media tersebut dapat pula disaksikan pornografi, film-film, sinetron yang menawarkan gaya hidup bebas dan juga kekerasan, yang secara moral bertentangan dengan nilai Islam.
Ketiga tantangan tersebut membawa pengaruh besar dalam semua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi yang dirasakan oleh masyarakat, baik dampak positif maupun dampak negatif. Hal ini juga menjadikan tantangan bagi kita semua. Jangan sampai pendidikan terutama pendidikan agama tersisihkan akibat adanya globalisasi.
Tidak dipungkiri bahwa di era globalisasi saat ini banyak sekali peserta didik yang mengabaikan pendidikan islam. Contohnya saja ketika ada peserta didik sedang memegang gadget mereka itu lebih asik bermain gadget dan ketika adzan sudah berkumandang tidak langsung mengambil wudhu tetapi tetap asik dengan gadgetnya. Selain itu juga, pendidikan islam di sekolah-sekolah mulai kurang diprioritaskan, banyak orang tua yang lebih senang mendaftarkan anaknya ke kursus-kursus seperti kursus matematika, kursus musik, dan sebagainya dibanding mendaftarkan anaknya untuk belajar mengaji. Karena Sebagian dari mereka berpikir bahwa mengaji merupakan hal yang sudah biasa dan kursus seperti matematika, musik lebih baik.
Di era globalisasi seperti ini peran orang tua sebagai garda terdepan sebagai pendidik pertama seorang anak, sebaiknya memberikan pendidikan agama terlebih dahulu. Hal ini sangat penting dikarenakan pendidikan agama sebagai modal utama untuk menjalani kehidupan. Disamping itu, guru sebagai pendidik di sekolah bisa membuat inovasi pembelajaran dengan teknologi berbasis aplikasi yang memiliki nilai agama didalamnya. Sebagai pendidik kita juga harus bisa meningkatkan kemampuan dan keahliannya di bidang teknologi terutama yang berkaitan dengan pendidikan islam kepada anak. Oleh karena itu, dunia Pendidikan Indonesia harus menyiapkan pendidik yang berkualitas, sehingga anak bisa menjalani Pendidikan dengan baik yang dapat memengaruhi bagaimana keberhasilan yang dicapai anak dimasa yang akan datang.

BACA JUGA:  Jelang Tahun Baru, Polres Majalengka Razia Premanisme di Exit Tol Cipali

Penulis:

Annisa Rizqi Febriani, Aprilia Puspita Sari, Berlin Fanta Rosiani
Bimbingan dan Konseling, Universitas Ahmad Dahlan

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *