Ilustrasi
CIREBON (CT) – Lurah Kramatmulya Kecamatan Kesambi, Tarmat Wijaya yang sebagian wilayahnya digunakan para pengikut Aliran Sang Raja terakhir, mengaku bahwa kegiatan aliran yang diduga sesat tersebut pernah melaksanakan hajat besar di wilayahnya.
“Pernah digelar acara Muludan pada Februari kemarin. Petugas dari Babinkamtibmas sini datang ke acara untuk memantau,” katanya.
Dikatakan Tarmat, dari kegiatan itulah dirinya dan para warga tahu bahwa aliran tersebut tidak hanya diikuti oleh warga Kota Cirebon, namun sebagian besar Wilayah III Cirebon hingga Brebes, Jawa Tengah.
“Dari logatnya, para pengikut yang datang bukan hanya dari Kota Cirebon. Bahkan ada bus yang plat nomernya dari luar kota, kemungkinan daerah Brebes,” ujar Tarmat.
Sekedar informasi, warga Kota Cirebon mulai gelisah dengan perkembangan suatu aliran yang tokohnya mengaku sebagai Sang Raja Terakhir. Untuk bisa mengikuti aliran ini, para warga tak perlu mengucapkan syahadat, namun cukup mengumpulkan fotocopy KTP dan KK dan berjanji akan terus mengikuti ajaran yang disampaikan Sang Raja Terakhir.
Aliran ini menjanjikan suatu pekerjaan dan mata pencaharian yang akan menyelamatkan warga di hari akhir. Sang Raja Terakhir ini pun mengaku memiliki harta senilai Rp 700 triliun yang bisa mempekerjakan seluruh warga Cirebon bahkan Indonesia.
Dalam ritualnya, aliran ini bahkan membekali pengikutnya dengan sejumlah uang koin senilai Rp 2.500 yang dibungkus dengan kulit pisang. Meski tak tahu pasti kegunaannya, namun banyak yang mempercayai bahwa uang koin tersebut akan bertambah berkali-kali lipat. (Wilda)