INDRAMAYU (CT) – Kabupaten Indramayu terkenal dengan kota mangga, semua jenis mangga hampir diproduksi di Indramayu, bukan hanya para petani mangga saja yang menanam pohon mangga, melainkan masyarakat pun ikut menanam pohon mangga di sekitar rumahnya, Rabu (26/11).
Misalnya saja di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, hampir disetiap rumah terdapat pohon mangga. Apalagi jika musim mangga harga mangga bisa turun drastis karena meningkatnya hasil panen tetapi menurunnya jumlah pembeli.
Menurut yayat salah satu petani mangga, dengan menjamurnya orang yang menanam pohon mangga, hal tersebut menjadikan para petani mangga merugi, ia mengaku merugi hingga 80%.
“Pohon mangga itu mudah ditanam, makanya tiap rumah ada pohon mangga, sebenarnya hal itu merugikan kami para petani mangga, karena jika tiap rumah ada pohon mangga maka semakin sedikitnya pembelinya,“ ujar Yayat.
Yayat juga mengatakan, sebelum menjamurnya pohon mangga, ia bisa menjual mangga jenis arumanis mencapai Rp. 12.000, namun, sekarang ia hanya menjualnya Rp. 2.000 perkilo, turunnya harga mangga bisa disebabkan berbagai macam faktor.
“Namanya juga petani buah, masalahnya itu jika lagi musim masal begini penjualan pasti menurun karena membludaknya hasil panen, kalau lagi engga musim ya harganya mahal karena susah dicari. Kami Cuma belum menemukan solusi untuk mensiasati hasil panen yang membludak ini, para tengkulak pun kadang tidak mau membelinya karena hasil panen yang membludak, saya sampai menurunkan harga Rp. 2.000 perkilo agar mangga-mangganya bisa terjual habis daripada terbuang, sekarang saya hanya bisa mendapatkan Rp. 195.000 itu 1 kwintal,” pungkas Yayat memaparkan.
Lebih lanjut Yayat mengharapkan agar Pemda Indramayu bisa menyiasati kondisi seperti ini. Ditambah, musim hujan yang segera datang juga akan semakin membuat petani merugi.
“Saya berharap agar pemda Indramayu bisa mengatasi masalah ini untuk meminimalisir kerugian yang kami dapatkan, terlebih akan datang musim hujan kami akan mendapatkan kerugian yang lebih besar.” Keluhnya (CT-112)
Komentar