Manfaatkan Lahan Bengkok, KWT Bongas Wetan Indah Tanam Sayuran untuk Membantu Ekonomi Keluarga

  • Bagikan
Ibu-ibu anggota KWT Bongas Wetan Indah Kecamatan Sumberjaya Kab. Majalengka memperlihatkan hasil panen sayuran. (Foto: M. Abduh Nugraha)

Citrust.id – Sesuatu yang besar diawali oleh hal yang kecil. Mungkin kalimat itu tepat menggambarkan bagaimana mandirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Bongas Wetan, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka. Mereka memanfaatkan lahan bengkok seluas 40 bata dengan menanam sayuran holtikultura dan bisa membantu ekonomi keluarga di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Wiwi Kustiwi (45), Ketua KWT Desa Bongas Wetan Indah, sayuran yang ditanam ibu-ibu PKK anggota KWT tersebut hasilnya bisa dipanen dalam jangka waktu 3-4 bulan. Jenis sayuran yang ditanam di antaranya Labu Madu, Terong, Bawang dan lain-lain.

“Penjualan kita promosikan juga di media sosial. Labu Madu harganya mencapai Rp20 ribu perkilogram. Kelebihannya tahan lama bisa sampai enam bulan,” ujar Wiwi, Rabu (23/9), saat ditemui di Kebun Sayuran KWT Bongas Wetan.

Wiwi mengungkapkan, kelebihan Labu Madu juga gampang dibudidayakan, tinggal ambil bijinya dan ditanam lagi. Selain itu bisa dipakai makanan olahan seperti kolak, dodol, puding yang dipakai PMT Posyandu Desa Bongas Wetan.

“Dari hasil panen di lahan bengkok seluas 40 bata ini, hasil penjualan per periode dapat setidaknya Rp2 juta satu periode tanam. Uang hasilnya dipakai modal lagi, uang kas, dan beli bibit lagi. Modal awalnya dari CSR Pertamina,” ungkap Wiwi.

Wiwi mengungkapkan, hasil sayuran yang ditanam kelompoknya lebih higienis karena menggunakan pupuk organik. “Pupuk organiknya dibuat sendiri, difermentasi selama dua minggu. Bahannya dari nasi nasi, gula merah dan lain-lain,” imbuhnya.

Warga setempat membeli hasil panen sayuran dari KWT Bongas Wetan Indah Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka. (Foto: M. Abduh Nugraha)

Hal senada dikatakan Mimin Rumini (40), salah seorang anggota KWT Bongas Wetan Indah. Menurut Mimin, Program CSR dari Pertamina sangat bermanfaat buat ibu- ibu kader PKK yang aktif di masyarakat. Selain dapat meningkatkan atau membantu ekonomi keluarga, dari hasil KWT mereka bisa menikmati sayur atau pun buah-buahan untuk dapur keluarga dan membantu ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

“Yang lebih penting menambah wawasan, terutama ilmu pertanian dengan pola tanam yang dikelola secara modern maupun tradisional karena ada kegiatan kuliah tani. Begitupun teknik olah pangan hasil panen dan strategi marketing serta diberi kesempatan study banding ke wilayah lain sesama binaan Pertamina sampai mengurus sertifikat PIRT ke Dinas kesehatan. Kami mengolah hasil panen Labu Madu jadi dodol dan puding,” ungkap Mimin yang juga seorang Tour Guide atau Pemandu Wisata Profesional itu.

BACA JUGA:  ASN Diimbau Tak Gunakan Gas Melon

Hal serupa dilakukan para pemuda di Desa Bongas Wetan, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka. Menurut Ridwan (30), Wakil Ketua Kelompok Pepeling Gembos (Pusat Edukasi Pertanian Pemuda Pecinta Pertanian dan Lingkungan Generasi Milenial Bongas Wetan), para pemuda di desanya beternak ikan Lele dan menanam sayuran secara hidroponik dengan modal awal bantuan dari CSR PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field.

“Ikan Lele dari 3000 ekor bibit, ketika panen dua bulan kemudian bisa menghasilkan 2 kuintal,” ungkap Ridwan.

Selain itu lanjut Ridwan, pihaknya belajar menanam buah Semangka, Jambu Kristal dan berbagai sayuran yang ditanam secara hidroponik.

“Awalnya membentuk kelompok dari Remaja Mesjid dan Karang Taruna dan lihat di Youtube tentang hidroponik. Kemudian hasilnya kita upload di media sosial dan dihubungi oleh pihak Pertamina, katanya ada program ketahanan pangan dan diberi modal Rp30 juta dan ditanam di lahan bekas mess Pertamina ini,” jelas Ridwan.

Ibu-ibu PKK anggota KWT Bongas Wetan Indah menyortir hasil panen sayuran untuk dijual. (Foto: M. Abduh Nugraha)

Ridwan mengungkapkan, yang sudah panen dari tanaman hidroponik l, yaitu kangkung dan pakcoy dengan penghasilan ratusan ribu rupiah sekali panen dan dikumpulkan di kas kelompok.

“Cara penjualannya online, dijual di medsos dan banyak dibeli karyawan RSUD Cideres. Hingga sekarang rutin dikirim ke konsumen di RSUD Cideres mulai bidan, perawat dan karyawan lainnya banyak yang pesan,” pungkas Ridwan.

Sementara itu, pendamping lapangan Community Development Officer (CDO) PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang, Field Isyfi Syaufi Nafilah (25), mengatakan dana CSR yang dikucurkan ke KWT Bongas Wetan untuk awal Rp40 juta untuk pelatihan, benih, dan perawatan.

“Kalau terong panen seminggu dua kali hari Selasa dan Jumat dengan usia terong sampai mati 6 bulan dengan 3 bulan produksi. Kita juga lihat potensinya, selain semangka dan kacang hijau akhirnya diinisiasi menanam holtikultura supaya tidak jauh beli,” ungkap Alumni IPB itu.

Isyfi mengungkapkan dari anggota KWT yang berprofesi petani hanya 4-5 orang dari total anggota 15 orang anggota Kelompok Wanita Tani Bongas Wetan Indah.

“Awalnya ibu-ibu PKK dikumpulkan yang kebetulan sesuai pokja 3 PKK, awalnya sulit untuk piket olah lahan dan alhamdulillah setelah 2 tahun bisa berjalan yang berawal dari Mei 2018 dan total sudah 6 kali tanam walau periode pertama masih belajar dan dibimbing melalui kuliah tani,” ungkap Isyfi.

BACA JUGA:  Perpindahan PNS ke Pusat Dibatalkan, BK-Diklat Kota Cirebon: Kami Rugi Tenaga dan Waktu
Para pemuda anggota Pepeling Gembos (Pemuda Pecinta Pertanian Dan Lingkungan Generasi Muda Bongas Wetan) sedang memanen ternak ikan lele. (Foto: M. Abduh Nugraha)

Isyfi mengungkapkan, saat ini ketika pandemi covid-19 merupakan kesempatan walaupun ekonomi sedang menurun. “Anggota KWT ini ada yang tour guide seperti Ibu Mimin Rumini dan ikut memasarkan dan menanam di pekarangan dan walau bisnis wisata sedang vakum dia bisa bertahan,” jelasnya.

Bupati Majalengka Karna Sobahi mengatakan, Pemerintah selama ini telah menginstruksikan kepada pengusaha untuk menyisihkan dari keuntungannya untuk kegiatan CSR.

“Dengan adanya bantuan CSR ini diharapkan adanya keberpihakan dan sinergitas antara pengusaha dan Pemerintah Daerah serta pelaksanaan pembangunan harus dilakukan secara kolektif kolegial untuk kebersinambungan,” ujar Karna Sobahi.

Hal berbeda dikatakan oleh Tokoh Masyarakat Desa Bongas Kulon Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Darto JE yang mempertanyakan desanya tidak mendapat CSR dari Pertamina padahal mempunyai Gudang bahan peledak milik Pertamina.

“Desa Bongas Wetan dan Cidenok itu dapat program CSR karena kilang minyaknya berlokasi di desa tersebut, sedangkan Desa Bongas Kulon tidak dapat CSR meski punya handak (Gudang Bahan Peledak) dan sangat terdampak dari adanyak Gudang bahan peledak tersebut seperti tanah susah dijual,” ungkap Darto yang juga budayawan dan seniman yang memiliki Sanggar Sekar Laras di Desa Bongas Kulon.

Terpisah, menanggapi aspirasi warga Desa Bongas Kulon, Devanty Puri, CSR Staff PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, mengatakan, untuk program pemberdayaan masyarakat itu memang tidak semua ada di desa ring 1, tapi tidak menutup kemungkinan program eksisting nantinya bisa direplikasi ke desa atau kelompok lain.

Ridwan Wakil Ketua Pepeling Gembos (Pemuda Pecinta Pertanian dan Lingkungan Generasi Muda Bongas Wetan) sedang memeriksa tanaman hidroponik yang dikelola oleh kelompoknya. (Foto: M. Abduh Nugraha)

“Bentuk CSR kami pun bermacam-macam, tidak hanya pembinaan pemberdayaan masyarakat, namun juga bantuan infrastruktur, pendidikan, lingkungan, dan sponsorship. Tapi kalau CSR juga biasanya sebelumnya ada pengajuan dari desa,” kata Devanty Puri.

Hal senada dikatakan, Renita Yulia K., Formalities Staff PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, yang mengatakan untuk CSR pihaknya mohon konfirmasinya dari Pemdes Bongas Kulon apakah sudah pernah mengajukan proposal CSR ke Pertamina.

“Meskipun desa penyangga, kalau ada dasar proposalnya akan dibantu,” imbuh Ninit, sapaan akrabnya. (M. Abduh Nugraha)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *