Citrust.id – Ratusan rumah warga di Kelurahan Sumurwuni, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, terdampak pencemaran limbah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur. Kondisi ini terungkap setelah Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Harry Saputra Gani, melakukan inspeksi mendadak ke lokasi, Sabtu (27/9/2025).
Dari hasil peninjauan, tercatat sebanyak 138 rumah di RT 01 RW 07 Sumurwuni terkena dampak limbah. Tidak hanya itu, laporan juga menyebutkan adanya temuan serupa di RW 04 RT 04 Kalilunyu yang masih dalam proses pendataan.
“Tadi di RT 01 RW 07 itu ada 138 rumah yang terdampak limbah dari TPA. Jika setiap rumah dihuni empat sampai lima orang, maka hampir 500 warga terdampak. Belum lagi laporan dari RW 04 RT 04 Kalilunyu yang masih dalam pendataan,” ujar Harry.
Menurut Harry, air limbah atau lindi dari TPA Kopiluhur telah merembes hingga ke lingkungan warga dan memengaruhi kualitas air sumur.
“Tadi kita lihat langsung kondisi di lapangan, memang ada air limbah dari TPA yang masuk ke permukiman. Air sumur terasa lengket dan licin, meskipun saat kemarau ini tidak terlalu keruh. Namun warga mengatakan, ketika musim hujan air menjadi sangat keruh,” jelasnya.
Ia menekankan, ketersediaan air bersih harus segera menjadi prioritas karena masyarakat di wilayah terdampak tidak memiliki akses jaringan PDAM dan sepenuhnya bergantung pada sumur.
“Warga di sini membeli air galon untuk kebutuhan minum. Pemkot, Dinas Lingkungan Hidup, dan PDAM harus segera mengirimkan bantuan air bersih serta mencari solusi jangka panjang, apakah melalui perluasan jaringan PDAM atau pembangunan sumber air artesis,” kata Harry.
Harry juga mengakui sudah ada bantuan pengeboran air dari wakil wali kota, tetapi distribusinya terkendala minimnya pipa paralon. Ia meminta pemerintah menaruh perhatian lebih karena jumlah warga terdampak bisa mencapai ratusan jiwa.
“Ini baru data dari satu RT saja. Kita harus melihat keseluruhan wilayah terdampak, agar penanganannya benar-benar menyeluruh,” tegasnya.
Meski begitu, Harry mengapresiasi progres pengelolaan TPA Kopiluhur yang kini beralih dari sistem open dumping menjadi controlled landfill.
“Sekitar 40 persen area sudah diperbaiki. Masih ada waktu hingga Desember untuk menyelesaikan sisanya, dan kami mendorong agar seluruh proses bisa tuntas tepat waktu,” ujarnya.
Sementara itu, Petugas TPA Kopiluhur, Jawahir, mengatakan pihaknya telah melakukan langkah teknis untuk mengurangi dampak limbah terhadap warga.
“Sudah ada beberapa kolam parit yang dibangun untuk menampung air agar tidak sampai ke permukiman masyarakat, terutama saat musim hujan. Semoga upaya ini bisa meminimalisasi dampak yang dialami warga,” ucapnya. (Haris)