Catatan Akhir Tahun 2014: Orientasi Pengemis di Kabupaten Cirebon, Antara Profesi dan Keadaan

  • Bagikan

CIREBON (CT) – Pengemis selau menjadi polemik. Rendahnya pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan membuat sebagian orang lebih memilih menjadi pengemis. Selain mudah, tudak perlu pendidikan yang tinggi. Sehingga nengemis dijadikan jalan pintas terakhir yang bisa dilakukan untuk bertahan hidup.

Tidak sedikit masyarakat Kabupaten Cirebon yang menggantungkan hidup dari mengemis. Mulai dari mengemis di perempatan lampu merah, hingga mengemis di tempat-tempat wisata. Bahkan tak sedikit juga yang mengemis keliling dari satu rumah ke rumah lainnya, dari satu kampung ke kampung lainnya.

Dengan bermodalkan pakaian yang compang-camping, kantong plastik atau kaleng bekas. Mereka berharap belas kasihan dari orang-orang yang mau mendermakan hartanya. Rupiah demi rupiah mereka dapatkan. Bahkan untuk menambah penghasilan mereka, tak sedikit dari mereka yang membawa anak kecil sebagai daya tarik agar seseorang iba mau memberikan uangya.

Penelusuran CT, Rata-rata dalam sehari penghasilan mereka dari Rp.50 ribu perhari hingga Rp.400 ribu perhari. Jumlah rupiah yang menggiurkan. Pantas bila banyak pengemis yang tak mau berusaha mencari profesi lainya yang lebih layak. Tanpa pendidikan yang tinggi dan keahlian yang khusus mereka mampu meraup untung hingga 12 juta per bulan.

Mastiah misalnya, ia biasa mangkal di sebuah tempat wisata ziarah di Cirebon. Setiap hari ia duduk bersama anak kecil yang usianya masih 2,5 tahun. Tanpa ada rasa malu, ia menyodorkan kaleng bekas kepada setiap pengunjung yang melintas. Ia mengaku bahwa terpaksa menjadi pengemis karena tidak punya pekerjaan lagi.

Tidak banyak yang bisa di ketahui tentang Mastiah, Entah malu atau takut ia enggan memberika keterangan. Anak kecil yang dibawanya ia akui sebagai anaknya. Dengan sangat lincahnya anak tersebut menyodorkan kaleng bekas kepada setiap pengunjung yang lewat. Sama seperti yang dilakukan Mastiah, dalam sehari ia bisa mendapat penghasilan Rp.100 ribu.

BACA JUGA:  Begini Cara Mengatasi Rambut Mengembang

“Ini anak saya. Kalo saya ga ngemis anak saya nanti makan apa?. Sehari paling dapat 100 ribu aja,” Katanya.

Dinas Sosial Kabupaten Cirebon mencatat di tahun 2011, sedikitnya 551 pengemis yang ada di kabupaten Cirebon. Dan sebagian besar mereka adalah orang-orang yang miskin. Di tahun 2014 jumlah pengemis menurun hingga 453.

Angka itu masih tergolong tinggi. Dengan usaha yang dilakukan oleh Dinas Sosial untuk merehabilitasi dan membekali pengemis dengan keterampilan, sehingga mereka tidak lagi menjadi pengemis sangatlah penting. Pasalnya bila mereka tidak dibekali dengan keahlian khusus, maka tidak akan ada perubahan. Dan mereka akan menjadi pengemis selamanya.

Usaha membantu para pengemis dalam pembekalan keahlian khusus tidak bisa dilakukan oleh Dinas Sosial saja. Perlu adanya tangan-tangan relawan dan pemerintah yang harusnya bekerjasama dalam membantu masalah pengemis ini. Bila saja semua pihak dan lapisan masyarakat mau bekerjasama dalam mengatasi pengemis, maka angka pengemis akan berkurang bahkan bisa jadi tidak ada.

“Kalau ingin mengurangi angka pengemis di kabupaten Cirebon harus ada kerjasama semua pihak. Tidak bisa hanya Dinas Sosial saja. Harus ada turut andil dari masyarakat dan pemerintah daerah,” ujar Uun Kurniasih, Kepala Seksi Anak Nakal dan Korban Napza serta Tuna Sosial.

Menurut pemerhati sosial Arief Rachman, M.Si. dalam menangani pengemis tidak semudah yang dilihat. Pasalnya pengemis dibagi menjadi dua golongan, yang pertama pengemis karena terpaksa (struktural), pengemis ini akan lebih mudah direhabilitasi. karena mereka mengemis benar-benar terpaksa dan sangat memerlukan uang. Jadi mereka akan menuruti apa kata pemerintah dalam memberikan jalan keluar yang lebih baik.

Namun berbeda dengan pengemis yang mengemis karena profesi. Pengemis golongan ini akan lebih sulit mengatasinya. Terlebih dengan penghasilan yang sangat tinggi. Meskipun telah direhabilitasi dan diberikan pelatihan oleh dinas terkait, mereka akan kembali lagi menjadi pengemis, degan alasan lebih nudah mendapatkan uang.

BACA JUGA:  Wali Kota Gelorakan Gerakan Makan Ikan

“Pengemis tidak bisa direhabilitasi dengan mudah. Karena pengemis itu ada yang pengemis struktural atau benar-benar miskin dan ada pengemis yang karena profesi. nah yang pengemis karena profesi ini lah yang susah untuk dibina. Meski sudah dibina mereka akan kembali lai menjadi pengemis,” jelasnya. (CT-107)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *