Citrust.id – Menjelang keputusan The Federal Reserve (The Fed) terkait kebijakan suku bunga di tengah kondisi government shutdown di Amerika Serikat (AS), pasar keuangan global menunjukkan tanda-tanda pergeseran signifikan.
The Fed disinyalir akan memangkas suku bunga pada akhir Oktober 2025. Emas berjangka menjadi salah satu sorotan utama pelaku pasar.
Analis sekaligus Kepala Cabang PT Equityworld Futures (EWF) Cirebon, Ernest Firman, memprediksi pasar emas spot sedang memasuki era baru yang ditandai dengan melemahnya imbal hasil riil (low real yield) dan menurunnya kepercayaan terhadap mata uang fiat.
“Pasar emas global sudah pricing-in era baru ‘low real yield plus distrust on fiat’ dengan melihat harga emas di kisaran 4.000 dolar AS per troy ounce. Ini bukan sekadar spekulasi inflasi, melainkan pergeseran struktural dari dolar AS ke aset keras,” ujar Ernest Firman, Selasa (21/10/2025).
Menurutnya, pelemahan dolar AS yang terjadi belakangan ini menunjukkan, bahwa pasar telah mendiskon potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Kondisi itu turut mendorong penguatan harga emas dan pasar saham, meski masih disertai volatilitas akibat sentimen risk-off karena shutdown pemerintah AS.
“Shutdown AS memberi sinyal kelemahan fiskal dan politik, sehingga menekan kepercayaan terhadap dolar AS. Pasar sudah memprediksi pemangkasan 25 basis poin, bahkan ada peluang hingga 50 basis poin,” jelasnya.
Ernest menambahkan, jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga sebesar 25–50 basis poin, maka dolar AS kemungkinan akan melemah lebih lanjut dan harga emas berpotensi menembus resistance baru. Namun, jika pemangkasan terlalu kecil atau disertai komentar bernada hawkish, pasar bisa bereaksi negatif.
“Dalam skenario seperti itu, dolar bisa rebound dan emas terkoreksi singkat. Volatilitas ekstrem mungkin muncul 1–2 hari setelah pengumuman. Karena itu, investor harus tetap waspada terhadap potensi pembalikan arah yang cepat,” tuturnya.
Terkait strategi investasi, Ernest menyarankan agar investor berhati-hati menjelang keputusan The Fed. Menurutnya, manajemen risiko menjadi kunci utama menghadapi volatilitas tinggi.
“Sebelum keputusan diumumkan, sebaiknya kurangi posisi berlebihan atau over-leverage karena volatilitas bisa menghantam margin dengan cepat. Gunakan stop loss ketat dan pending order di area teknikal penting seperti support atau resistance terdekat,” sarannya.
Ia juga menekankan pentingnya menyiapkan cadangan dana tunai atau margin buffer minimal 30–40 persen dari modal aktif untuk mengantisipasi arah pasar setelah keputusan The Fed diumumkan.
“Setelah pengumuman, tunggu konfirmasi arah melalui satu hingga dua candle besar di grafik H1 atau H4 sebelum masuk posisi. Jangan terburu-buru mengikuti reaksi pertama karena sering kali itu justru fake move,” ungkap Ernest.
Jika kebijakan The Fed cenderung dovish, Ernest menyarankan fokus pada posisi beli di emas. Sebaliknya, jika The Fed tetap hawkish, investor perlu mengantisipasi penguatan kembali dolar AS.
“Bagi investor jangka panjang, kondisi seperti ini justru bisa menjadi momentum ideal untuk mulai mengakumulasi emas,” pungkasnya. (Haris)