Citrust.id – Konflik geopolitik yang terus berlangsung di Timur Tengah mendorong kenaikan harga emas berjangka karena investor mencari perlindungan terhadap ketidakpastian global.
Emas menjadi aset yang banyak diminati karena dinilai sebagai safe haven dalam kondisi geopolitik yang tidak stabil.
Kepala Cabang PT Equityworld Futures (EWF) Cirebon, Ernest Firman, menjelaskan, konflik di Timur Tengah saat ini berpotensi mendorong harga emas naik karena investor cenderung mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman.
“Konflik tersebut bisa memicu kenaikan harga emas karena investor ingin mencari perlindungan terhadap aset yang dimiliki akibat situasi geopolitik yang terjadi,” ujar Ernest Firman, Jumat (20/6/2025).
Selain faktor geopolitik, kebijakan moneter dari Federal Reserve Amerika Serikat juga memiliki pengaruh besar terhadap harga emas. Menurut Ernest, kebijakan suku bunga dari The Fed dapat menjadi pisau bermata dua bagi pergerakan harga emas dan bagi keputusan investasi.
“Ketika suku bunga tinggi, maka opportunity cost untuk memegang emas juga tinggi, sehingga harga emas bisa turun. Sebaliknya, jika suku bunga dipangkas, harga emas cenderung naik,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, dalam pertemuan The Fed pada 17–18 Juni lalu, suku bunga masih ditahan. Namun, The Fed memberikan sinyal akan melakukan dua kali perubahan suku bunga pada pertemuan-pertemuan berikutnya sepanjang tahun ini, yang dapat memengaruhi tren harga emas di pasar global.
Ernest menjelaskan, harga emas berjangka juga memiliki sensitivitas terhadap indeks volatilitas emas atau GVZ.
“Ketika konflik geopolitik meningkat, indeks GVZ cenderung naik karena investor mengantisipasi volatilitas harga emas yang lebih tinggi. Harga emas berjangka pun turut naik karena investor mencari aset safe haven dalam situasi ketidakpastian,” kata Ernest.
Lebih lanjut, ia menekankan, hubungan antara harga emas dan indeks GVZ bisa semakin kuat dalam kondisi geopolitik yang tidak stabil. Meski demikian, korelasi itu tetap dipengaruhi oleh sejumlah variabel lain, seperti kebijakan moneter, kondisi ekonomi global, dan sentimen pasar.
Dari sisi teknikal, Ernest mengungkapkan, grafik harian saat ini menunjukkan adanya potensi tekanan jual pada harga emas.
“Hal ini dipicu oleh berita bahwa India mengalami surplus cadangan emas. Jika harga emas dapat bertahan di atas level $3.342/toz, maka pelaku pasar cenderung mempertahankan harga di level yang stabil. Namun, jika menembus di bawah $3.342/toz, maka pelemahan harga emas dapat berlanjut,” jelasnya.
Menanggapi situasi pasar saat ini, Ernest juga memberikan kisi-kisi bagi calon investor untuk mengamati sejumlah sinyal penting sebelum masuk ke pasar spot emas.
“Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah situasi geopolitik Timur Tengah, kebijakan The Fed, indikator teknikal, dan volatilitas pasar secara umum,” tandasnya. (Haris)