Oleh Jeremy Huang*
BERDASARKAN buku Cheng Ho penyebar Islam dari China ke Nusantara, tertulis bahwa peradaban-peradaban besar dunia seperti peradaban Tiongkok (China) dan peradaban-peradaban besar lainnya, berasal dari lembah dua sungai besar, yaitu sungai Kuning dan sungai Yangtze.
Orang tiongkok (China) menganggap dataran China utara yang juga dikenal sebagai Zhongyuan (dataran tengah) dan dibatasi oleh kedua sungai besar, kerap disebut Jantung China (Tiongkok) sebagaimana halnya leluhur mereka menganggap kawasan tersebut sebagai jantung peradaban Tiongkok (China). Itu juga dirujuk oleh para sejarawan sebagai dunia asli tiongkok (China).
Wilayah yang dialiri kedua sungai besar itu memiliki iklim dengan rentang sangat lebar, tanah subur, dan curah hujan tinggi, namun cocok digunakan untuk tempat tinggal manusia. Tiongkok China adalah negeri yang kaya ladang pertanian.
Dataran China utara sangat cocok untuk budidaya beberapa tanaman seperti gandum dan beras. Situs-situs arkeologis penting di Tiongkok China, yang terkait dengan zaman Paleolitik dan Neolitik berada di dataran China Tiongkok utara atau lingkungan sekitarnya.
Pada 1929 fosil-fosil manusia purba yang disebut manusia Peking di temukan di Zhoukudan sekitar 50 kilometer sebelah barat daya kota Beijing.
Pada 5000 SM, budaya-budaya Neolitik dengan bercocok tanam, barang tembikar, tekstil dan perdesaan muncul di lembah-lembah sungai Yangtse dan Sungai Kuning. Penemuan Arkeologis mutakhir menunjukkan bahwa semenjak tahun 5000 SM, beras sudah dibudidayakan di lembah Yangtze. Sisa-sisa rumah kayu dan juga sejumlah besar biji-bijian (beras, gandum, sereal), barang barang tembikar, peralatan terbuat dari batu dan tulang ditemukan di situs Hemudu.
Pada 1973 di Zhejiang itu menunjukkan bahwa warga desa di Situs Hemudu zaman Neolitik telah membangun rumah-rumah kayu di atas batang kayu yang ditancapkan, telah membuat mangkuk-mangkuk yang dipernis mengkilap, tembikar berwarna kehitam-hitaman dengan desain ukir geometris, dan bercocok tanam padi. Pembuatan keranjang dan keterampilan anyam-anyaman sangat diperhatikan.
Kumparan benang disusun melingkar dan pintalan benang yang dipergunakan, menenun telah digali. Peralatan peralatan kayu seperti cangkul, lembing, dan tongkat dayung juga ditemukan.
Dari Buku Sumanto Al Qurtubi berjudul Arus China Islam Jawa, kedatangan Orang Tiongkok ke Jawa abad ke-3, Fai Shian Guru, agama Budha yang terdampar di suatu tempat di Jawa, Fak Shian tidak menjelaskan nama tempatnya. Dari terdamparnya Fai Shian di pulau jawa, kemudian datanglah pedagang dari Tiongkok China ke Jawa. Membina hubungan dagang dengan kerajaan Tarumanegara.
Dari buku Cheng ho karangan Tan Ta Sen menuliskan, pelayaran Laksmana Cheng Ho 1415, singgah ke Amparan Jati untuk mengisi perbekalan dalam perjalanan Ke Majapahit, Pelayaran Laksmana Cheng Ho yang singgah di Amparan Jati di pimpin oleh Qung Wu Bi g (Kung Wu Ping). Mereka membawa bibit Cai Sim, Ku cai, Pe Cai dan mereka membawa barang keramik dan juru masak. Dari sinilah kita mengenal tahu, siomay, bak pao, bak pia, yamien, bi hun, moho, kecap. Selain itu, mereka juga membawa peralatan pertanian, seperti mislanya cangkul. []