Ajaran Konfusius Soal Toleransi, Kerja Sama dan Menghargai Orang Lain

  • Bagikan

Oleh Jeremy Huang

SAAT ini yang hilang dalam kehidupan modern adalah soal kerja sama,  toleransi dan menghargai orang lain. Menurut Hendra Lukito, mantan dosen Arsitektur Universitas Tarumanegara Jakarta menyatakan, ada kesedihan yang mendalam di kalangan anak muda Tionghoa saat ini, ada yang hilang, yaitu tidak ada kekompakkan, hidup individualistis, kurang menghargai orang lain, dan kurang bisa kerja sama dalam tim.

Filsafat Tiongkok mengajarkan agar kita dapat menghargai semua orang apapun profesinya. Menurut Lukito dalam ajaran Konfusius menyatakan Dia yang menghormati orang lain, tidak akan dipermalukan; Dia yang toleran akan mendapat dukungan; dia yang bertindak dengan jujur akan dipercaya oleh yang lain; dia yang rajin akan berhasil dalam usahanya; dia yang murah hati akan membuat orang lain bekerja keras untuknya.

Saat ini pengorbanan orang lain kurang dihargai, tetapi jasanya ingin diingat selalu. Padahal jika kita menghargai dan mengingat pengorbanan dan jasa orang lain, kita adalah orang besar.

Dalam Buku “Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik” karangan Michael C Tang, dikisahkan dalam Sejarah Masyarakat Tiongkok Kuno bahwa Liu Bang, seorang prajurit biasa dapat mengalahkan Xiang Yu yang mempunyai reputasi sebagai pahlawan perang terhebat di Tiongkok China. Liu Bang mengakui kemenangannya atas Xiang Yu karena dia dapat menghargai dan menggunakan orang-orang berbakat seperti Zhang Ling, Han Xin, Xiao He dan Chen Ping. Liu Bang dapat mengelola dan menyatukan mereka, membuat mereka dapat bekerjasama.

Kebalikannya Xiang, Yu karena merasa dirinya besar hanya menggunakan satu orang sebagai penasehat bijaksana bernama Fan Zheng, tetapi tidak tahu menggunakannya. Dengan kerja sama dapat menggulingkan batu besar.
Liu dan Xiang telah mencapai posisi yang sedemikian tinggi, sehingga tidak mengherankan bahwa kumpulan kebijaksanaan Liu Bang dan sekutunya, melebihi kepahlawanan individu Xiang Yu. Ini adalah kasus dimana kekuatan tim mengalahkan pemain tunggal.

BACA JUGA:  Dampak Budaya dan Religius dari Misi-Misi Cheng Ho di Cirebon

Liu Bang menjadi kaisar pertama Dinasti Han. Dia mengganti nama ibu kota dinasti Qin, Xian Yang menjadi Chang’an yang berarti perdamaian abadi.

Dia secara pribadi memimpin upacara pemakaman Xiang Yu untuk menghormati Xiang Yu yang dikalahkannya di medan perang. Liu Bang tidak menghukum seorang pun dari keluarga Xiang Yu.

Dari kisah di atas kita dapat pelajaran dari Liu Bang, seorang Prajurit Biasa dapat jadi kaisar pertama Dinasti Han mengalahkan Xiang Yu, karena dapat kerja sama dengan orang-orang berbakat lainnya.

Yang ke dua, Liu Bang toleran dan menghormati Xiang Yu. Sampai Liu Bang memimpin sendiri upacara pemakaman Xiang Yu, dan keluarga Xiang Yu tidak ada yang di hukum.

Liu Bang pemimpin berjiwa besar. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dapat kerja sama tidak individualistis, dan dapat menghargai orang lain. []

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *