Warga Desa Cemara Kulon Keluhkan Kondisi Jembatan Blendungsari

  • Bagikan

INDRAMAYU (CT) – Warga Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu keluhkan kondisi Jembatan Blendungsari di kampunya. Pasalnya, jembatan sepanjang 15 meter dan badan jembatan yang lebarnya 1 meter itu hanya terbuat dari bambu dan papan yang tak tersusun rapi, akibatnya sering terjadi kecelakaan.

Melihat kodisi tersebut, terkesan Pemerintah Kabupaten Indramayu, tak peduli dengan keselamatan warganya yang serting terjatuh ke sungai dari atas jembatan itu.

Menurut, Sekretaris Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang, Anto Sugianto kondisi jembatan seperti itu bukan hanya membahayakan pengendara bermotor, melainkan juga pejalan kaki. Pengendara roda dua harus ekstra hati-hati saat melintasi jembatan tersebut.

“Padahal, jembatan tersebut menghubungkan sejumlah desa di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Losarang, Cantigi, dan Kandanghaur. Itu merupakan jalur utama warga. Saya pun ketika meninjau wilayah tersebut repot karena tak bisa diakses mobil,” ucap Anto, Sabtu (09/01).

Dia mengungkapkan, jembatan tersebut tak tersentuh perbaikan sejak puluhan tahun silam kendati kerap memakan korban. Selama 2015, sudah puluhan orang yang terpeleset saat melintasi jembatan tersebut, baik pejalan kaki, pemotor, maupun pesepeda.

“Tidak jarang ibu-ibu yang memakai motor mengurungkan niatnya untuk melewati jalan tersebut karena licin,” ucapnya.

Karena jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses antardesa, ungkap Anto, pihaknya memperbaiki jembatan tersebut setiap bulan.

“Setiap perbaikan setidaknya menghabiskan Rp. 500.000-Rp. 750.000. Kadang, warga secara swadaya melakukan perbaikan alakadarnya,” katanya.

Menurutnya, pengajuan perbaikan sudah disampaikan pada 2014 lalu dan pada tahun 2015 sempat ada survei dari dinas terkait. Disebutkan bahwa pemda hanya menganggarkan Rp. 750 juta untuk pembangunan jembatan Blendungsari.

Dengan anggaran sebesar itu, kata Anto, hanya dapat membangun jembatan dengan kekuatan tonase di bawah 20 ton. Sementara bila jembatan itu dibangun, tentunya bukan hanya mobil kecil, truk pengangkut garam yang berbeban 17 ton pun akan turut menggunakannya.

BACA JUGA:  Kapolres Majalengka Beri Latihan Kepemimpinan kepada Mahasiswa Unma

“Jika dipaksakan, akan cepat roboh. Mending tidak usah dibangun saja daripada membahayakan,” ujarnya.

Dia mendapat kabar telah dilakukan revisi sehingga anggaran pembangunan membengkak menjadi Rp. 1,3 miliar dengan ketahanan tonase melebihi 20 ton. Namun, ternyata pemda tak mampu melakukan perbaikan tahun ini.

“Saya dengar diajukan ke pemprov karena pemkab tak memiliki alokasi anggaran sebesar itu,” ucapnya.

Alasan terakhir dari pemda, kata Anto, Pemkab Indramayu akan menaikkan status jalan tersebut menjadi jalan kabupaten terlebih dahulu. Selain itu, perbaikan pun menunggu kejelasan pelabuhan pengganti Cilamaya yang rencananya akan dibangun di Desa Cemaea Kulon.

“Dari pihak Dinas Bina Marga bilang, tahun ini akan ada kejelasan soal pelabuhan. Nanti jembatan akan sekalian dibangun sesuai standar pelabuhan?” ucap Anto.

Sementara itu, salah seorang warga Blok Blendungsari Desa Cemara Kulon Kecamatan Losarang, Robiah (54), menyatakan banyak pengendara sepeda motor yang tercebur ke sungai karena ketidaklayakan jembatan. “Apalagi, kalau hujan, licin sekali. Jangankan warga desa atau warga kecamatan lain, warga sini saja yang sudah terbiasa ada yang jatuh,” ucapnya.

Jika musim hujan, tambah Robiah, pengendara bermotor tak berani melaluinya. “Pernah seorang ibu dan anaknya yang mengendarai sepeda motor tercebur ke sungai,” ucapnya. (Dwi Ayu)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *