Oleh Jeremy Huang
MASYARAKAT Internasional tiap 22 Desember memperingati hari ibu. Tak terkecuali masyarakat Indonesia juga memperingati 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Julia Christiani Utami, Sastrawan Tionghoa menjelaskan masyarakat Tionghoa juga memperingati 22 Desember sebagai Hari Ibu, atau yang lebih dikenal dengan tradisi Tang Cie atau sembahyang Onde, yakni Onde yang berisi terigu dengan kacang campur, dan air jahe.
Sedangkan Hendra Lukito, Sejarahwan Tionghoa menceritakan Tradisi Tang Cie biasa di tanggal 22 Desember. Kecuali pada tahun kabisat, justru jatuh pada tanggal 21 Desember.
Tang Cie berarti musim dingin tiba atau “Merupakan hari yang paling dingin”. Tang Cie sendiri mempunyai makna yang khusus bagi masyarakat Tionghoa.
Seperti cerita dulu, dikatakan hikayat Tang Cie: Ada seseorang pemuda sebagai tabib yang berbakat. Pada saat itu, ia mencari ramuan obat di hutan, karena suatu kesalahan yang tidak disengaja, racun tanaman menyebabkan kedua matanya buta. Seseorang menemukannya terlantar di hutan, dan mengantarkannya kembali ke rumah.
Ibunya yang sudah tua sangat mengasihi anaknya. Pada saat anaknya tidur, ia rela mencongkel kedua matanya utk diberikan pada anaknya yang telah buta. Setelah anaknya bangun dari tidurnya dan bisa melihat. Ia mengetahui bahwa matanya adalah pemberian ibunya. Ia ingin mengembalikan mata tersebut kepada ibunya, tapi ibunya menolak. Ibunya memberikan petunjuk agar anaknya cukup membuat onde dari ketan dan dimasukan ke kelopak matanya. Dengan suatu keajaiban, karena mata yang dibuat dari ketan, ibunya dapat melihat kembali.
Makna dari Onde adalah menunjukkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yang rela memberikan dua mata yang paling berharga untuk anaknya.
Kisah tersebut dicanangkan sebagai Mother’s Day, yakni jatuh pada 22 Desember atau biasa disebut Hari Ibu.
Selanjutnya dari hikayat tersebut, kalangan warga Tionghoa membuat kebiasaan atau adat-istiadat membuat kue onde-onde.
Pada malam hari sebelum hari Tang Cie, para ibu membuat onde-onde yang terbuat dari tepung beras ketan, dan diberi warna merah, putih, hijau, dan berbetuk bulat.
Esok harinya, pada pagi hari onde-onde tersebut direbus dan dimasukan ke dalam air gula dan jahe. Setelah masak pertama-tama diberikan kepada Ibu sebanyak dua Onde.
Menurut Julia Christiani Utami, harus menjadi kewajiban bagi masyarakat tionghoa melestarikan tradisi Tang Cie. Karena maknanya dalam. Kita harus mengasihi ibu hingga akhir hayat. []