Sebut Struktur Bangunan di Melangse Bukan Situs, Ini Penjelasan Pemerhati Sejarah

Citrust.id – Tidak semua orang sependapat dengan penyebutan situs terhadap struktur bangunan yang disebut-sebut petilasan Sultan Matangaji, di Kampung Melangse, Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.

Seperti diungkapkan pemerhati sejarah Cirebon, Drs R Subagdja. Ia memiliki pandangan berbeda terhadap polemik rusaknya struktur bangunan yang disebut sebagian orang sebagai situs lantaran tertimbun tanah urugan.

“Apakah ditemukan benda pubakala? Setelah saya cek, di sana ada semacam goa. Dari informasi warga setempat itu bangunan baru. Saya tanya warga setempat, waktu dia kecil, di sungai tidak ada (goa). Katanya baru ada sejak belasan tahun lalu,” ujarnya saat ditemui di kawasan Jalan Siliwangi Kota Cirebon, Kamis (26/2) siang.

Subagdja juga mengatakan, saat di lokasi sudah tidak ada bangunan. Hanya ada reruntuhan bata. Ada bata jaman sekarang dan kuno. “Saya berpendapat bahwa hanya ditemukan bata kuno. Bata kuno itu betul sebagai fakta benda kuno bersejarah,” katanya.

Setelah lihat dari dekat, lanjut Subagdja, ternyata dari bangunan itu, ia menilai sebagai bangunan baru. “Dari adukan semennya dan campuran material lainnya. Struktur bangunan yang pernah ada dibuat orang sekarang, material yang dipakai campuran bata lama dan baru,” kata alumnus Ilmu Sejarah Unpad itu.

Dengan melihat fakta di lapangan, Subagdja menilai, jika struktur bangunan itu dikategorikan dalam cagar budaya akan sangat lemah. Jika ada penelitian, mungkin hanya bata kunonya. Karena yang ditemukan bata kunonya. Sedangkan struktur bangunannya baru.

“Kalau hanya bata, kesimpulannya bakal ketemu. Misal, bata berumur 500 tahun lalu, tetapi untuk kepastian adanya hubungan dengan Sultan Matangaji, tidak bisa dipastikan atau belum tentu,” jelasnya.

Lebih jauh, Subagdja memberikan penjelasan, bahwa bangunan yang hendak dijadikan cagar budaya, harus memenuhi syarat dan ketentuan. Sedangkan struktur bangunan yang disebut Situs Matangaji yang hancur, tidak kuat jika disebut sebagai situs.

BACA JUGA:  Pengakuan Pemilik Lahan Situs Matangaji dan Kritik Pedas untuk Pemkot

Ia menyebutkan, sosok Sultan Matangaji adalah fakta sejarah. Tapi kiprahnya, didasarkan pada kisah atau cerita. Sedangkan ceritanya bermacam-macam. Sehingga untuk memastikan benar tidaknya, harus dilakukan kajian. (Aming)

Komentar