Citrust.id – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Cirebon menggelar Musyawarah Cabang (Muscab) di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Sabtu (16/8/2025).
Agenda utama musyawarah adalah pemilihan Ketua IDI Kabupaten Cirebon periode 2025–2028.
Terdapat dua kandidat, yakni Dr. dr. H. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed., dan dr. Lukman Denianto. Yang terpilih sebagai Ketua IDI Kabupaten Cirebon 2025–2028 adalah dr. Catur.
“InsyaAllah saya akan memberikan dedikasi penuh sebagai ketua IDI kepada seluruh dokter anggota IDI Kabupaten Cirebon. Terima kasih juga kepada IDI Wilayah Jawa Barat atas kehadiran dan dukungannya. Semoga kita bisa membawa IDI menjadi lebih baik lagi,” ujar dr. Catur, usai terpilih.

Ia menyampaikan tiga fokus utama kepemimpinannya, yaitu peningkatan kompetensi dokter, pengabdian masyarakat, serta kolaborasi lintas profesi kesehatan. Peningkatan kapasitas dokter, khususnya dokter umum, akan dilakukan melalui pelatihan dan kegiatan sesuai kebutuhan lapangan.
“Kami ingin agar performa dokter umum lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Karena kita tahu, belakangan ini citra dokter sempat kurang baik,” katanya.
Selain itu, ia menegaskan pentingnya kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti perawat, bidan, dokter gigi, dan apoteker. Menurutnya, kerja sama lintas profesi akan memperkuat kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pihaknya juga berkomitmen mempererat hubungan dengan IDI di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) demi memperkuat jejaring profesi kedokteran.
Tak hanya berfokus pada kompetensi medis, dr. Catur menaruh perhatian pada aspek hukum bagi anggota IDI.
“Banyak sejawat kami yang kurang memahami aturan hukum. Karena itu, kami akan memberikan pembekalan hukum agar para dokter percaya diri dalam bertindak sesuai aturan. Dengan begitu, kejadian kekerasan terhadap dokter maupun persoalan etika dapat diminimalisir,” tegasnya.
Ia berharap kepemimpinan baru ini dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap profesi dokter.
“Komunikasi yang baik dengan pasien, dedikasi, dan pemahaman hukum yang kuat akan menjadi kunci agar dokter semakin disayangi masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua IDI Wilayah Jawa Barat, dr. Moh. Luthfi, Sp.PD, Subsp. HOM(K), FINASIM, MMRS, menekankan, organisasi profesi dokter memiliki dua fungsi utama yang harus dijalankan, yaitu internal dan eksternal.
“Fungsi internal adalah memastikan kompetensi dokter tetap terjaga, begitu juga etika profesi dan etika pelayanan. Satu hal yang sangat penting juga adalah komunikasi efektif antara dokter dan pasien, itu menjadi tugas internal IDI,” ujar dr. Luthfi.
Ia menambahkan, fungsi eksternal IDI berkaitan dengan peran organisasi dalam mendorong lahirnya kebijakan kesehatan yang tepat untuk masyarakat.
“Fungsi eksternal IDI adalah memastikan adanya kebijakan kesehatan yang berpihak pada masyarakat, baik terkait pelayanan, program kesehatan, maupun kebijakan strategis lainnya,” ungkapnya. (Haris)