Ratusan Warga Translok di Majalengka Terlantar tidak Diberi Lahan Pertanian

  • Bagikan

MAJALENGKA (CT) – Ratusan warga transmigrasi lokal di Dusun Sukamaju, Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka selama 14 tahun menempati lahan milik Pemerintah Daerah, kini mereka tidak jelas nasibnya karena tidak diberi lahan dan khawatir tergusur proyek Bandara Internasional yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

“Selain itu kami hanya menempati lahan untuk tempat tinggal saja, tidak diberikan lahan pertanian untuk digarap,” kata Suherman salah satu warga transmigrasi lokal, Minggu (21/02).

Menurutnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terpaksa bekerja sebagai buruh tani dengan upah pas-pasan hanya cukup untuk makan.

“Bahkan setiap tahunnya mesti membayar pajak bumi dan bangunan padahal lahan yang ditempati masih milik pemerintah,” ungkapnya.

Suherman mengatakan kini dengan adanya proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya warga diliputi rasa takut dan khawatir lahan yang ditempatinya sewaktu-waktu diambil alih oleh pemerintah sedangkan selama ini mereka tidak mempunyai tempat tinggal sendiri.

Menurutnya daerah transmigrasi lokal di Dusun Sukamaju Desa Mekarjaya Kecamatan Kertajati dihuni 150 Kepala
Keluarga yang sejak tahun 2002 lalu menempati lahan seluas 7 HA milik Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka.

Sementara menurut warga lainnya Kamin, warga transmigrasi lokal sebagian adalah pindahan transmigrasi dari Banda Aceh dan Papua karena dua daerah tersebut terjadi konflik akhirnya mereka dipulangkan dan ditempatkan kembali di lahan transmigrasi lokal.

Namun menurutnya semenjak mereka ditempatkan di lahan ini hampir 14 tahun semula akan diberikAn tempat tinggal dan lahan garapan seluas 1 hektar untuk setiap Kepala Keluarga oleh pemerintah akan tetapi hingga saat ini mereka hanya menempati lahan sekitar 30 x 60 m2 saja untuk tempat tinggal.

BACA JUGA:  Warga Indramayu Mulai Keluhkan Nyamuk Musim Hujan

“Sedangkan lahan garapan yang dijanjikan tidak ada, terpaksa menjadi buruh tani dengan upah Rp. 30-50 ribu per hari,” ujar Kamin.

Pihaknya menurut Kamin tidak pernah mendapat perhatian pemerintah dan rumah tempat para warga tinggal pun seadanya tidak layak huni.

Sementara Kepala Desa Mekarjaya Samsudin mengatakan dengan keberadaan pembangunan bandara internasional yang ada di Kertajati membuat 150 KK warga transmigrasi lokal menjadi khawatir.

“Warga berharap pemerinta segera menentukan nasib mereka dan memberi kejelasan terhadap lahan yang mereka tempati,” tukasnya. (Abduh)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *