Oleh: Emka
Corona Virus Disease (Covid-19) telah melumpuhkan negara-negara dibelahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Virus yang awal mulanya berasal dari Wuhan China ini telah menyebar diberbagai belahan dunia. Krisis global mulai terjadi akibat penyebaran virus ini. Virus yang bisa menular melalui saluran pernafasan ini memiliki gejala yang hampir mirip dengan gejala flu seperti batuk kering, demam, sakit tenggorokan hingga sesak atau sulit bernapas.
Sejak kemunculannya pada awal 2020, World Health Organization (WHO) telah mengumumkan status pandemi global untuk Corona Virus Disease (Covid-19) ini. Artinya terjadinya suatu wabah penyakit yang menyerang banyak korban diberbagai negara dan merupakan status darurat international. Di indonesia sendiri ribuan orang terdampak virus yang kita kenal sebagai Covid-19. Pemerintah mengumumkan pada selasa (28/4/2020) data terbaru pasien virus Covid-19.Dikutip dari merdeka.com tercatat 9.511 orang positif, 1.254 orang sembuh dan 773 meninggal.
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) tidak hanya berdampak pada kesehatan saja melainkan beberapa sektor. Akibat adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan social distancing , karantina mandiri dan WFH (Work From Home) bahkan lock down dam PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar) untuk mencegah penyebaran virus corona.
Di sektor pendidikan, kementerian Pendidikan Indonesia telah memutuskan untuk semua instansi pendidikan agar belajar dari rumah (Daring). Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu mengingat banyaknya masalah yang dihadapi saat pembelajaran melalui media online. Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) telah memaksa peserta didik harus belajar dirumah dan sementara itu banyaknya pendidik yang tiba-tiba “gagap mengajar” karena harus mengubah cara mengajar dari tatap muka menjadi daring.
Tidak hanya disektor pendidikan saja yang terkena dampaknya, sektor ekonomi juga ikut terpukul atas pandemi covid-19 ini. Melemahnya uang tukar rupiah dan naiknya dollar merupakan salah satu akibat pandemi covid-19 ini. Selain itu mempengaruhi produksi dan penjualan diberbagai sektor usaha. Sektor usaha yang paling merasakan dampak dari pandemi covid-19 ini yaitu sektor perdagangan, pengiriman (expedisi), pariwisata dan restoran serta sektor usaha lainnya.
Penyebaran virus ini memang telah memperlambat pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun global.
Hal ini juga berdampak pada dunia industri yang akan berdampak pula pada nasib buruh. Banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan omzet sedangkan biaya operasional semakin meningkat dikarenakan harga bahan baku yang semakin melonjak. Hal ini membuat banyak perusahaan mengambil langkah untuk mambuat kebijakan. Asosiasi Pengusaha Indonesia menyebutkan banyak perusahaan yang bernegosiasi untuk memotong gaji karyawan, merumahkan dalam waktu yang tidak ditentukan hingga PHK masal. Hal ini tentu membuat nasib buruh kian terpuruk.
Dikutip dari Antara, (8/4) menyebutkan bahwa sebelumnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat telah mencatat sebanyak 5.047 buruh terkena PHK oleh 1.476 perusahaan akibat pandemi Covid-19. Dari data tersebut juga disebutkan sebanyak 34.365 pekerja di Jawa Barat diliburkan dan sebanyak 14.053 dirumahkan.
Bisa kita bayangkan krisis di Negeri kita seperti apa. Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas penduduk di Indonesia merupakan pekerja atau buruh. Buruh yang terdampak PHK harus memutar otak untuk membiayai hidupnya dan keluarganya. Dengan melonjaknya jumlah penganggur, harusnya pemerintah mengambil langkah tepat untuk menopang kehidupan jutaan orang yang kehilangan mata pencaharian secara tiba-tiba. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan memberikan bantuan sosial salah satunya berupa Kartu Prakerja.
Kartu Prakerja merupakan program yang diluncurkan oleh pemerintah. Program yang merupakan pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang ditujukan untuk pencari kerja, pekerja ter-PHK atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Merespon dengan mewabahnya Covid-19 yang mengakibatkan banyaknya buruh/pekerja yang di PHK, Kartu Prakerja akan diprioritaskan untuk pekerja maupun pelaku usaha kecil/micro yang terdampak penghidupannya. Namun apakah Kartu Prakerja bisa menjadi upaya yang efisien untuk memangkas pengangur di Indonesia akibat Pandemi Covid-19 ini?
Dengan diberlakukannya social distancing, karantina mandiri dan lock down bagaimana bisa para buruh yang terdampak PHK untuk berdiam diri menunggu keputusan Kartu Prakerja yang digadang-gadang sebagai salah satu upaya pemerintah menekan penganggur di Indonesai. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai Program Kartu Prakerja sekarang ini dilematis. Pasalnya, program dijalankan saat pandemi Covid-19 yang dilakukan secara online. Ditengah badai Covid-19, masyarakat termasuk pekerja terdampak PHK memiliki prioritas lain ketimbang mengikuti pelatihan online. Salah satunya memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari. Secara garis besarnya, yang diharapkan oleh masyarakat dan pekerja terdampak PHK bisa menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari.
Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah yaitu Kebijakan mengenai penerima dari Program Keluarga Harapan, Kartu sembako, Pembebasan tarif listrik 450 VA dan diskon tarif listrik untuk 900 VA serta Program tambahan berupa bantuan sosial berupa Sembako. Dari semua program tersebut apakah sudah berjalan dengan baik dan tepat sasaran? tentu ini menjadi pertanyaan semua pihak. Pemerataan kebijakan tentu harus terlaksana sebab masyarakat terdampak hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Dengan demikian, segala upaya telah dikerahkan oleh pemerintah guna merespon krisis global dari efek Pandemi Covid-19. Tentunya pemerintah telah bekerja keras untuk memberikan yang terbaik. Maka dari itu controlling dan evaluating disetiap kebijakannya terus ditingkatkan oleh semua lapisan masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Kita harus sadar bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja. Namun juga bagaimana kita mau untuk berusaha mencari jalan keluar untuk menghidupi diri dan keluarga. (*)