Ilustrasi
CIREBON (CT) – Identiknya, pakaian yang dikenakan seorang pengantin selalu berwarna putih. Mengapa demikian? Apakah ada tradisi atau cerita dibalik gaun berwarna putih tersebut?
Gaun berwarna putih, sentuhan pundak yang sedikit terbuka dengan model ketat yang menjuntai kebawah hingga membentuk ekor panjang, hanya memberi kesan bahwa ini adalah pilihan mode terbaru.
Dahulu, lebih dari 176 tahun yang lalu, gaun pengantin adalah berwarna merah. Itu merupakan warna yang paling populer karena melambangkan warna kasih sayang, cinta dan keromantisan. Sedangkan gaun putih saat itu digunakan sebagai tanda kedukaan bila kehilangan seseorang.
Bahkan, Cerita menarik mengenai gaun putih ini pun datang dari Scotlandia. Sebelum tahun 1800-an di beberapa daerah Eropa sebenarnya tidak mengakui warna putih dalam perkawinan. Misalnya saja ketika Ratu Mary dari Skotlandia menikah, ia mengenakan gaun warna putih dan keputusannya ini dipandang buruk oleh banyak orang. Mengapa? Karena warna putih dipandang sebagai warna untuk pakaian berkabung.
Beberapa tahun kemudian warna putih gaun pengantin dipilih lagi oleh Ratu Victoria saat menikahi Albert dari Saxe-Colburg. Publikasi yang bagus oleh fotografer yang mengabadikan acara pernikahan ini dan didukung ‘propaganda’ soal pilihan Victoria akhirnya membuat gaun putih diterima masyarakat.
Revolusi industri semakin membantu propaganda pemakaian gaun pengantin warna putih. Hingga akhirnya menjadi sebuah kepopuleran. Ketika Jurnal Ladies Home mengklaim bahwa sejak zaman dulu gaun pengantin memang berwarna putih, Pernyataan ini dinilai salah.
Dunia dalam konteks ini tentu saja dunia barat. Kekuasaan mereka yang menjajah banyak negara mulai dari Afrika hingga Asia semakin mengukuhkan gaun pengantin berwarna putih. Hingga sekarang pun warna ini tetap dipandang sebagai pilihan paling elegan bagi wanita yang ingin menikah. (Net/CT)