Oleh Sutejo Ibnu Pakar
SISTEM sosial kebebasan manusia telah digantikan dengan mekanisasi manusia lewat industrialisasi dan teknologi. Manusia hanyalah dipakai sebagai bagian dan pelengkap dari mesin, ia berada pada bayang-bayang alienasi industrialisasi yang membawa manusia terpuruk pada tipe perbudakan baru, perbudakan mesin. Itulah masyarakat yang kita sebut sebagai masyarakat kapitalistik. Di dalam masyarakat kapitalistik, manusia hanya menjadi elemen dari pasar. Dalam masyarakat seperti itu, kualitas kerja dan bahkan kualitas kemanusiaan itu sendiri, ditentukan oleh pasar.
Selain itu, kenyataan lainnya, seperti banyak dikemukakan oleh banyak ahli yang menanggapi perkembangan dunia modern saat ini, bahwa sebagai akibat dari kemajuan sains yang tanpa landasan keimanan, jiwa manusia banyak mengalami gangguan psikologis, dari mulai keresahan jiwa, kejenuhan dalam mengejar ambisi yang tidak pernah berhenti, dan banyak lagi penyakit manusia modern lainnya. Belum lagi kejahatan yang kian merajalela dan telah dikemas sedemikian rupa sehingga menyerupai kebijaksanaan sejati. Pembunuhan di mana-mana, penindasan terhadap kaum lemah sudah menjadi hiburan, dan mencuri telah menjadi kewajiban. Itu semua adalah penyakit manusia saat ini.
Berbagai terapi psikologis telah dikembangkan untuk mengobati penyakit manusia modern. Namun itu semua hanya pengobatan secara sementara dan terkesan sebagai upaya untuk lari dari kenyataan (escape from reality). Manusia modern akhir-akhir ini sedang melirik ke jalur spiritual (keimanan yang bersumber dari wahyu dan cinta) untuk mengobati penyakit jiwanya. Di Barat pun, kini telah berkembang banyak ragam pengobatan dengan menggunakan mediasi ghaib. Terbukti dengan semakin banyaknya buku-buku yang berbau spiritual yang diterbitkan untuk melatih spiritualitas manusia, dengan berbagai metode dari mulai latihan aura jiwa, keajaiban berdoa, meditasi, dan lain-lain.
Terapi spiritual yang banyak berkembang di Indonesia, sebagai objek pelarian manusia modern untuk mengobati kehausan jiwanya, adalah terapi spiritual (biasanya mengambil bentuk jalur tasawuf). Namun, terkadang dalam prakteknya, jalur tasawuf pun masih sama sebagai alat pelarian diri dari kenyataan. Seseorang yang menekuni bidang tasawuf—meskipun tidak seluruhnya begitu—sering terlena dalam menikmati kelezatan kontemplasi dengan Tuhan sehingga lupa untuk turun ke alam nyata. Mereka terlalu berambisi dalam memenuhi hasrat bathinnya, tetapi lupa terhadap kehidupan sosial di sekelilingnya. []