– dok istimewa
ILUSTRASI saat tentara Kesultanan Cirebon dan Demak menyerang Portugis di Sunda Kalapa 1527.*
Oleh: Nurdin M Noer*
KESULTANAN Cirebon pada 1527 angkat senjata. Di bawah pimpinan Fatahillah bersama ribuan tentara gabungan dari Cirebon dan Demak menyerbu Sunda Kalapa (nama Jakarta saat itu). Laporan sejarah yang ditulis M.C. Ricklefs (2005), sekira tahun 1523 – 1524, Sunan Gunung Jati bersama-sama tentara Demak untuk mendirikan suatu pusat perdagangan yang juga merupakan pangkalan yang strategis di Jawa bagian barat. Dia mengambilalih Banten, menggulingkan penguasa setempat dan menolak kesepakatan dengan Portugis, ketika yang terakhir ini datang untuk membangun pos mereka pada 1527.
Pelabuhan utama kedua Pajajaran, Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) juga direbut kaum muslim. Mereka kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta atau Surakarta (kedua-duanya nama Jawa yang diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “jaya dan makmur”). Banten diperintah Sunan Gunung Jati sebagai vassal (serikat, taklukan) Demak, tetapi keturunannya kelak bebas dari kekuasaan Demak. Pada suatu waktu setelah tahun 1552, Gunung Jati pindah ke Cirebon dan membentuk garis keturunan kerajaan lain yang juga kelak memerintah secara merdeka (Ricklefs).
Menurut Ricklefs, identitas dan kegiatan-kegiatan Sunan Gunung Jati sebagian besar diketahui dari kisah-kisah semi dongeng,dan masih tetap terdapat banyak ketidakpastian. Tidak mustahilm penaklukan-penaklukan militer yang dinisbahkan kepadanya lebih merupakan usaha-usaha orang lain yang oleh pihak Portugis dikel sebagai “Tagaril” dan “Falatehan” (mungkin FadhilahKhan atau Fatahillah), yang kemungkinan dikacaukan dengan Gunung Jati dalam beberapa dongeng, Sebuah naskah berujudul Purwaka Caruban Nagari membedakan antara Sunan Gunung Jati dan Fadhilah; dinyatakan naskah ini ditulis pada 1720, tetapi ada alasan untuk menyangsikan keasliannya.Kalaupun tarikh 1720 memang benar, namun inimasih tetap ada selisih dua abad dengan berlangsungnya peristiwa tersebut, dan cara penyelesaian naskah ini atas masalah-masalah yang menyangkut Gunung Jati harus disangksikan (ibid).
Pandangan Ricklef tentu berbeda dengan sumber-sumber sejarah yang ada di Cirebon sendiri. Dalam Cirebon dalam Lima Zaman (2011), penulis naskah yang terdiri dari enam orang tersebut menyatakan, naskah Carita Purwaka Caruban Nagari antara lain menyebutkan adanya seorang tokoh Islam bernama Sykeh Nurjati (SyekhDatul Kahfi), berasal dari tanah Arab. Ia dating ke daerah Pasambangan Cirebon sebagai utusan raja Parsi. Tokoh itu bersama 12 pengikutnya kemudian menetap di Cirebon,berkedudukan di Amparan Jati. Ia menjadi guru agamaIslam dan mengajarkan agama itu kepada masyarakat. Sementara itu di Karawang telah berdiri sebuah pesantren pimpinan Sykeh Quro. (NMN)
*Penulis adalah pemerharti kebudayaan lokal.
Komentar