Sandyakalaning Nusantara (2) – Kontrak Belanda dengan Raja-raja Jawa

-dok istimewa
PETA Nusantara pada abad pertengahan.

Oleh: Nurdin M Noer*

BELANDA kemudian mengadakan kontrak dengan raja-raja di Jawa, Sumatera , Kalimantan dan Indonesia Timur, sehingga Belandalah yang berdaulat pada akhirnya.

Kini hanya tinggal satu kerajaan saja yang masih berdaulat dan teratur, Yakni Kesultanan Aceh yang oleh kedua penjajah itu terpaksa masih dihormati, karena mereka sama-sama ingin merebutnya untuk dirinya sendiri. Acehlah daerah merdeka yang terakhir. Terhadap beratus-ratus kesultanan kecil di Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, oleh Belanda dipaksakan suatu kontrak yang berarti bahwa mereka menerima kedaulatan Belanda. Begitu pula Sultan Sulu jatuh ke bawah kedaulatan Spanyol. Antara tahun 1874-1914 Inggris :mendaulat” kerajaan-kerajaan Melayu, yang dipaksanya untuk menerima kedaulatan Inggris. James Brook, seorang Inggris memisahkan Serawak dari Brunei pada tahun 1846 dan Brunei sendiri kemudian “didaulat” oleh Inggris pada tahun 1880. Kemudian Inggris membeli Kalimantan Utara dari Sultan Sulu, sefangkan Portugis mempertahankan sisa-sisa jajahannya di Pulau Timor bagian Timur.

Demikianlah Indonesia, Kepulauan Melayu, Malayanesia, pada awal abad ke-20 telah ditaklukan dan dibagi-bagi oleh pelbagai bangsa barat. Perang saudara dan perang tahta telah melumpuhkan sendi-sendi ke-Indonesiaan yang diwariskan oleh Sriwijaya dan Majaphit, sehingga rakyat kita dapat dijajah oleh bangsa-bangsa Barat tersebut diatas.

Akan tetapi, kesemuanya itu adalah suatu proses yang berlangsung berabad-abad, yang berarti suatu perjuangan lama, yang diakhiri dengan “ kata penutup” dari suku Aceh. “kata penutup” yang juga gilang-gemilang dalam perang yang berlangsung 30 tahun lamanya,yang dapat terus mengingatkan angkatan sekarang langsung kepada kebesaran-kebesaram yang lalu

Maka berakhirlah kedaulatan Kerajaan Indonesia pada awal abad ini, untuk kemudian disusul oleh permulaan kebangkitan nasional kembali dengan egrakan “Budi Utomo” pada tahun 1908, dibarengi Sarikat Dagang Islam/Sarikat Islam tahun 1906-1912.

BACA JUGA:  Sulap Pelepah Pisang Jadi Lukisan Datangkan Keuntungan Besar

Sekalipun demikian, tidaklah berarti bahwa Pertiwi Indonesia itu telah jatuh ke pangkuan penjajah seolah-olah semudah menjolok buah yang sudah ranum dari pohonnya. Tidak ! Sejarah Indonesia pada zaman atau pada masa-masa kegelapan penjajahan, adalah pula abad –abad perang kemerdekaan menanggulangi penjajahan yang berkorbar di pelosok dan penjuru Tanah Air Indonesia secara silih berganti. Empat abad lamanya, yaitu semenjak Portugis berhasil merebut Malaka, hingga awal abad keduapuluh ini. Semula perjuangan itu ditujukan kepada Portugis dan Spanyol , kemudian kepada Inggris dan Belanda. (bersambung)***

*Penulis adalah pemerhati kebudayaan lokal.

Komentar