Citrust.id – Sejumlah elemen masyarakat yang terdiri atas aktivis dan akademisi menggelar aksi bertajuk Refleksi Cirebon untuk Indonesia di Kota Cirebon, Selasa (2/9/2025).
Aksi itu menjadi wadah penyampaian sikap kritis terhadap kondisi bangsa yang dinilai tengah menghadapi tantangan serius, terutama terkait demokrasi, komunikasi publik, dan perlindungan hak rakyat.
Dalam kegiatan tersebut, peserta menyepakati delapan poin refleksi yang dibacakan secara tegas di hadapan publik. Isi refleksi itu antara lain mengutuk keras tindakan aparat yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, mendesak Presiden Prabowo Subianto melakukan penyelidikan internal secara transparan terhadap oknum aparat, serta mendorong reformasi total birokrasi.
Mereka juga menuntut pemerintah memperbaiki komunikasi politik dalam merespons berbagai gejolak, mengimbau masyarakat agar tidak melakukan penjarahan atau tindakan destruktif, meminta pembebasan massa aksi yang ditahan tanpa prosedur, serta menolak rencana kenaikan tunjangan DPR.
Wakil Gubernur BEM FISIP Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Ramdan, menegaskan, refleksi itu bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk keberanian rakyat dalam menyuarakan nurani.
“Refleksi ini adalah suara bersama. Kami ingin menunjukkan bangsa yang besar harus berani mengoreksi diri. Perubahan tidak lahir dari kekuasaan semata, melainkan dari keberanian rakyat untuk bersuara,” ujar Ramdan.
Ia juga menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban dalam gelombang demonstrasi belakangan ini, baik dari kalangan mahasiswa, ojek daring, aparat kepolisian, maupun masyarakat sipil. Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil langkah serius agar tragedi serupa tidak kembali terulang.
Aksi Refleksi Cirebon untuk Indonesia ditutup dengan seruan moral kepada seluruh masyarakat agar tetap menjaga persatuan, mengedepankan dialog, dan tidak mudah terprovokasi oleh kepentingan tertentu. (Haris)