Citrust.id – Sekitar 400 wayang kulit berusia ratusan tahun di Keraton Kasepuhan, Cirebon, dibersihkan, Jumat (18/2). Sebelum dibersihkan, dalang menyiapkan sesajen, seperti tujuh jenis minuman, kukup atau dupa, kembang, minyak misik, dan lain-lain.
Kepala Bagian Adat Tradisi Keraton Kasepuhan, Elang Haryanto, mengatakan, tradisi membersihkan wayang itu disebut Ngisis. Pelaksanaannya dilakukan setiap Jumat Kliwon atau setiap 35 hari sekali.
Wayang dibersihkan dengan cara diangin-anginkan. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Wayang merupakan sarana syiar Sunan Gunung Jati. Dalam pementasannya selalu terkandung nilai-nilai kehidupan.
“Sunan Gunung Jati menggunakan wayang sebagai sarana syiar agama Islam dan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai kehiudpan,” jelas Haryanto.
Dikatakannya dalam membersihkan wayang diperlukan kehati-hatian karena sudah berusia ratusan tahun. Wayang-wayang tersebut terbuat dari kulit kerbau. Sedangkan gagangnya terbuat dari tanduk kerbau.
Setelah dibersihkan atau di-isis, wayang-wayang itu dikembalikan ke dalam kotaknya masing-masing. Namun, ada dua wayang yang hanya boleh dipegang oleh dalang, yakni Arjuna dan Subagdra.
Wayang Sigeger adalah sepasang suami istri, yakni Arjuna dan Subagdra. Perlakuannya berbeda dengan wayang lainnya karena itu wayang ini pusaka.
“Ngisis bisa juga berarti harum atau wangi. Filosofinya adalah tingkah laku dan nama kita itu harum di tengah masyarakat,” tandasnya. (Haris)
Komentar