Oleh: Jeremy Huang
MENGUTIP dari Buku Cheng Ho: Penyebar Islam dari China ke Nusantara, Karangan Tan Ta Sen yang diterbitkan Kompas, menjelaskan bahwa di Tiongkok ada tiga jalur Perdagangan yang terkenal yaitu, JalurChama (Teh Kuda), Jalur Sutra dan Jalur Keramik.
1. Jalur Chama (Teh Kuda)
Jalur Chama adalah jalur perdagangan tertua melalui daratan diu, sebelah barat daya China. Jalur Kuno itu ada sejak awal abad ke 4 SM. Menurut Shiji, ketika kembali dari Daxia pada 122 SM, Zhang Qian melaporkan bahwa kain Shi Cuan dan tongkat bambu dari Qiong di ekspor ke Daxia oleh para pedagang dari Si Chuan melalui India. Jalur Chama adalah jalur perdagangan sangat indah dan panjang dari Sichuan melalui Yunnan ke India, Myanmar dan Afghanistan.
Jalur tersebut melalui Pueryunnan melintasi Yunnan, Sichuan, Tibet sampai di India dan Nepal. Jalur Perdagangan itu tidak hanya terpanjang, tetapi juga jalur perdagangan terluas. Para pedagang memanfaatkan jalur perdagangan tersebut untuk mengekspor teh di atas punggung kuda dan karenanya dinamakan jalur perdagangan kuno Cha (teh-Kuda). Secara keseluruhan, jalur perdagangan darat mulai dari Yunnan, Sichuan, Tibet sampai India dapat disebut jalur kuno Teh-Kuda.
Dilihat dari segi jaringan transportasi, jalur Chama adalah komponen terpenting jalur perdagangan Barat Daya. Jalur Perdagangan melalui Yunnan , Sichuan dan Tibet, itu sambung-menyambung dengan jalur sutra. Jalur Chama adalah bagian dari jaringan besar jalur perdagangan barat daya yang mencakup jalur sichuan-India. Jalur Yunnan, Laos -Thailand dan jalur Si Chuan-India, jalur Yunnan-Laos-Thailand dan jalur Sichian Yunnan-Vietnam (jalur Shuan). Jalur Perdagangan barat Daya menghubungkan Chinna dengan myanmar, India dan Afganistan.
2. Jalur Sutra
Jalur Perdagangan darat kedua yang dikenal sebagai jalur Sutra dimulai dari Changan China, di sebelah timur hingga ibu kota kekaisaran Romawi Timur (Istasnbul Turki) di barat, Jalur tersebut sambung-menyambung dengan jalur perdagangan dari Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat hingga ke Eropa dan Afrika Utara. Nama Jalur Sutra diciptakan kali pertama oleh seorang ahli ilmu bumi asal Jerman, F Von Richtofen. Jalur tersebut merupakan terbesar dan termegah yang menghubungkan timur dan barat, serta “kanal budaya” tertua dan paling Istimewa. Dia merupakan urat nadi utama pertukaran budaya antara timur dan barat selama periode yang panjang sejak abad ke 4 SM hingga abad ke 13 Masehi.
Ketika Zhang Qian berangkat ke xiyu pada 138 SM, dia menyaksikan perdagangan timur barat sedang tumbuh berkembang. Pada abad ke 1 SM semasa pemerintahan Caesar Agung di Romawi, sutra menjadi barang berharga ketimbang emas.
Jalur Sutra Berkembang selama lebih dari seribu tujuh ratus tahun dan menjadi jalur kunci seluruh perdagangan kuno, dan pertukaran budaya antara timur dan barat. Diantara pelbagai komoditas yang diperdagangkan, Sutra China yang tersohor sebagai komoditas terbesar dalam volume perdagangan, karena itu Jalur perdagangan tersebut juga membuka jalan bagi pertukaran budaya, ekonomi dan politik.
3. Jalur Keramik
China memiliki sejarah panjang di bidang perdagangan maritim, itu dapat di telusuri pada abad ke 3 selama periode tiga Kerajaan. Ketika Sun Quan mengutus Zhu Ying dan Kang Tai untuk berlayar ke Asia Tenggara. Kemajuan pesat perdagangan maritim terlihat pada masa dinasti Tang (618-907), Ketika pedagang- pedagang Asia dan Arab yang menjalin hubungan dagang dengan China berkumpuil di Guang Zhou dan Quanzhou. Kapal Kapal junk China kerap menampilkan diri di teluk persia. Sejak abad ke 10 sampai abad ke 14 semasa pemerintahan Dinasti Song dan Dinasti Yuan, perdagangan maritim China memasuki periode puncak keberhasilan. Utusan-utusan yang membawa aneka persembahan dari kerajaan kerajaan pribumi Asia Tenggara, dan para pedeagang China serta pedagang asing, tak putus-putusnya menjelajahi jalur maritim Asia Tenggara tersebut. Pada abad ke 15, ekspedisi-ekpedisi besar bersejarah Zheng Ho ke Samudra India semasa pemerintahan Kaisar Yong Le membuat China menjadi kekuatan maritim terbesar di dunia. Armada Zheng He (Cheng Ho) mencapai afrika timur. Pada akhir Dinasti Ming dan awal dinasti Qing, sebagai akibat munculnya pedagang-pedagang swasta di China, pola perdagangan mereka perlahan lahan menggeser perdagangan timbal balik (tribute trade) yang diatur negara. Kemudian, dengan datangnya kekuatan-kekuatan Eropa di Timur, jalur perdagangan Maritim Timur Barat menjadi jalan raya maritim. Jalur Perdagangan itu secara tradisional dikenal sebagai Jalur Sutra Maritim.
Selain satra, dan daun teh, ekspor China yang terpenting adalah keramik yang diperdagangkan dalam jumlah besar. Karena itu dalam tahun-tahun belakangan, jalur Sutra Maritim juga disebut sebagai jalur Keramik. Porselen-porselen elegan telah lama menjadi komoditas ekspor utama China. Pada Masa Dinasti Ming, karena pertumbuhan dan pemakaian tungku-tungku pemanas pribadi, kuantitas dan kualitas benda-benda keramik naik dengan pesat. Sebagian besar benda keramik ekspor bermutu tinggi dengan harga murah di kapalkan ke seluruh dunia, termasuk Eropa, Afrika, Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Tengah. Permintaan global terhadap keramik-keramik China menjadi sangat besar. Keramik-keramik elok tersebut menjadi simbol status sosial. Keramik-keramik itu pula termasuk benda-benda yang dikuburkan bersama jasad manusia. Pada abad ke 12 melalui Asia Tenggara, China mengekspor banyak Celadon porselen halus berwarna hijau laut ke Asia Tengah dan India. Sebelum abad ke 17, Asia menjadi pasar keramik China terbesar.
Lewat Jalur Perdagangan keramik ini lah membawa rombongan Laksmana Cheng Ho yang dipimpin Kung Wu Ping datang ke Muara jati mereka, membawa banyak keramik dapat kita baca dari Buku runtuhnya Kerajaan Hindu di Jawa, karangan Slamet Mulyana. Dan dari Buku Arus china Islam Jawa karangan Dennisd Lombard penerbit Gramedia.
Dari Buku Runtuhnya kerajaan Hindu di Jawa, karangan Slamet Mulyana dan MO, Parlindungan Kedatangan Rombongan Laksmana Cheng ho ini tidak hanya membawa keramik, tetapi juga bahan makanan. Dan diduga ada rombongan Laksmana Cheng Ho yang menetap di Muara jati yaitu Kung Wu Ping. Kung Wu Ping ini Tionghoa Muslim, dan mereka mendirikan perkampungan Tionghoa Muslim di Sarindil, Talang dan Gunung Sembung. Tan Eng Hoat atau yang bergelar Maulana Ifdil Hanafi menjadi imam di Sarindil Talag dan Gunung Sembung. Mereka juga membuat makanan berupa moho, lunpia, bacang, bakpao, sate. terasi, talam, siomay, tahu, baso, membawa sayur pe cai, cay sim, tong cay, kai lan, ku cay, dan taoge.
Motif mega mendung dan wadasan juga adaptasi dari Budaya China. Kedatangan masyarakat Tiongkok China ke Cirebon bercampur dengan budaya setempat juga menghasilkan kuliner nasi lengko dan nasi jamblang. []