Kantung Plastik Berbayar Menguntungkan Siapa?

Ilustraasi

CIREBON (CT) – Kebiasaan orang Indonesia menggunakan kantung plastik sulit untuk dihilangkan. Tingginya angka penggunaan tidak berbanding lurus dengansistem pengelolaan sampah yang proporsional. Hasilnya, kantung plastik tersebut hanya menjadi sampah-sampah yang sulit terurai dan tmenumpuk di tanah dan sungai. Sebenarnya ini masalah klasik yang tak kunjung selesai.

Ditambah dengan adanya nominal angka untuk sebuah kantung plastik. Di ritel-ritel, kantung plastik sudah dikenakan biaya. Sedangkan di pasar tradisional penyebaran kantung plastik masih terus bergulir seperti biasanya tanpa banderol. Hal itu dikarenakan justru menambah berat pedagang pasar, sementara harga bahan pokok tidak kunjung stabil.

Menurut Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonesia, Ananda Mustadjab Latif, mengatakan bahwa kebijakan itu tidak tepat karena hanya ditujukan pada pemilik usaha ritel. Padahal peredaran kantong plastik yang terbesar justru di pasar-pasar tradisional. Kebutuhan masyarakat tidak hanya di gerai modern atau hanya 30 persen. Sementara 70 persennya ada di pasar tradisional. Menurut data dari lembaga riset Nielsen, tahun 2015 pangsa pasar industri ritel atau toko swalayan (minimarket, supermarket, hipermarket, dan perkulakan) di Indonesia hanya sebesar 26 persen. Sedangkan pasar rakyat atau pasar tradisional mencapai 74 persen. (Net/CT)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *