CIREBON (CT) – Kasus guru yang dianiaya murid nampaknya makin menjadi-jadi. Setelah kasus guru yang dilaporkan kepada polisi usai mencubit siswa di Sidoarjo, kini di Makassar ada seorang siswa dan walinya yang menghajar guru hingga patah hidung.
Menanggapi hal itu, Kepala Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Cirebon, Abdul Haris menyayangkan peristiwa itu. Haris meminta kepada semua pihak agar tak mencoreng sakralnya pendidikan dengan hal yang berbau anarkis.
“Sangat disayangkan, tapi memang kabarnya siswa itu sulit diatur. Jika begini, kami kesulitan sendiri. Guru itu bukan hanya dituntut bisa mengajar tapi juga harus bisa mendidik. Kalau guru cuma mengajar MTK misalnya, ya muridnya cuma tau 2+2=4, tapi tak paham soal pendidikan, tak pernah dididik untuk menghargai orang yang lebih tua,” papar Haris, Selasa (16/08).
Haris pun berharap, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta Komisi IX DPR RI segera mengesahkan Undang-undang Perlindungan Guru. Hal tersebut dianggap penting untuk menghindari kasus serupa terulang kembali.
“Saya dan teman-teman guru berharap akhir 2016 ini UU Perlindungan Guru bisa segera tuntas, karena ini urgen sekali,” keluh Haris.
Seperti diketajui, kasus kekerasan guru di Makassar tersebut menimpa Dasrul. Guru Teknik Menggambar di SMK Negeri di Makassar itu harus dihajar muridnya berinisial MAS dan ayahnya AA saat sekolah usai. Dalam cerita, MAS memang terkenal sebagai murid yang sulit diatur tak membawa kertas gambar saat pelajaran Dasrul. Geram, Dasrul pun menampar mulut MAS yang justru mengeluarkan kata-kata kasar dalam bahasa Makassar saat diberi peringatan. Malahan, MAS menantang Dasrul berkelahi dan keluar kelas sambil membanting pintu usai diusir Dasrul dari jam pelajarannya.
Mendapat perlakuan itu, MAS langsung menelepon ayahnya dan mengaku ditampar serta diinjak-injak oleh sang guru. Mendengar hal itu, ayahnya segera menuju sekolah anaknya untuk melaporkan kasus itu kepada kepala sekolah. Namun bukannya bertemu kepala sekolah, MAS dan AA malah berpapasan dengan Dasrul yang hendak pulang. Tanpa “ba bi bu” kedua anak dan ayah itu langsung berbarengan menghajar Dasrul hingga mengalami patah tulang rawan di bagian hidung. (Wilda)