Citrust.id – Gejala Covid-19 saat ini lebih didominasi kehilangan fungsi indra penciuman dan perasa, dibandingkan batuk disertai demam dan sesak nafas. Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Majalengka, Alimudin.
Menurut Alimudin, terganggunya indra penciuman itu berdasarkan data terbaru Pusat Statistik Nasional Inggris. Mereka melacak statistik terkait gejala yang ditimbulkan akibat infeksi virus corona.
“Banyak orang berpikir, gejala seperti demam dan batuk kering merupakan salah satu tanda peringatan paling umum akan keberadaan virus. Namun, hilangnya penciuman dan perasa lebih sering dilaporkan pada pasien Covid-19 di semua umur,” papar Alimudin, Sabtu (28/11).
Dikatakan dia, sebanyak 20-40 persen pasien berusia 35 tahun ke atas mengalami kehilangan penciuman dan perasa. Hanya 15-25 persen yang mengalami demam pada kelompok yang sama. Sementara, gejala batuk justru hanya dialami 13-18 persen pasien.
Pada kelompok usia yang lebih muda, sebanyak 60 persen mengalami kehilangan penciuman dan perasa. Hanya 15-25 persen yang melaporkan demam dan kurang dari 10 persen yang melaporkan batuk.
Dikatakannya, sejumlah studi telah lebih dulu menemukan, bahwa anosmia atau hilangnya kemampuan indera penciuman menjadi salah satu gejala khas pada infeksi virus Corona. Virus disebut menyerang indra penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.
“Anosmia tak hanya terjadi pada pasien yang bergejala, tetapi juga dialami oleh kelompok asimptomatik atau tidak bergejala. Pada Covid-19, anosmia umumnya terjadi tanpa diiringi gejala hidung tersumbat. Peneliti juga mengatakan, anosmia kemungkinan bisa menjadi salah satu patokan untuk mendeteksi dini keberadaan virus corona,” paparnya.
Bupati Majalengka, Karna Sobahi menjelaskan, dari laporan yang diterimannya, saat ini kasus terkonfirmasi sebagian besar penularan berasal dari Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Sebagian besar dari kasus yang kami temukan kemudian positif pada kontak tracing adalah kasus yang tanpa gejala, atau dengan gejala yang minimal yang dipersepsikan, bahwa yang bersangkutan tidak mengalami sakit apa pun,” ungkapnya.
Pengungkapan kasus positif OTG tersebut berdasarkan hasil tracing yang dilakukan secara agresif untuk menemukan kasus baru, sehingga penanganan dan untuk menghentikan laju penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat dilakukan.
Menurutnya, OTG dalam kasus itu harus segera mendapatkan edukasi yang benar, untuk kemudian dapat melaksanakan isolasi secara mandiri. Sebab, mereka dapat berpotensi menyebarkan virus lebih luas lagi apabila masih bersinggungan dengan orang lain.
“Bagi pasien kasus tanpa gejala yang sudah terkonfirmasi positif dari pemeriksaan PCR atau melalui TCM, agar melaksanakan dan mematuhi protokol isolasi mandiri yang ketat,” katanya. (Abduh)