Cirebontrust.com – Disegelnya gula milik petani sebanyak 7 ribu ton di Pabrik Gula (PG) Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang, dan 8 ribu ton di PG Tersana, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada 14 Agustus lalu, dengan dalih tidak layak konsumsi dicurigai petani adanya permainan.
Atas keputusan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan itu, seluruh petani tebu di Indonesia berencana melakukan aksi demo ke Istana Negara. Mereka menyampaikan aspirasi atas keputusan tersebut, mempertanyakan apa alasan gula itu dianggap tidak layak konsumsi.
“Gula kami pada panen periode 7 nggak laku, karena adanya ppn 10 persen yang dikenakan petani dan konsumen, ditambah banjirnya gula rafinasi di pasaran. Untuk ppn sudah beres, minggu kemarin kita mediasi dengan Kemendag, BUMN dan Kemenkeu. Sekarang malah gula kami tidak layak konsumsi. Ini jelas ada permainan,” ungkap Adang Priyatna, petani tebu yang memiliki lahan 8 hektare, saat ditemui di lingkungan PG Sindanglaut, Jum’at (18/08).
Senada Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Barat Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Mae Azhar mengamini kecurigaan para petani. Ia mengatakan, kecurigaan tersebut sangat mendasar.
Pasalnya, berbarengan dengan penyegelan gula, dirinya mendapat informasi, bahwa salah satu tokoh petani tebu yang dekat dengan para pejabat, membuat pernyataan bahwa Bulog siap membeli gula yang disegel tersebut dengan harga 9.700 per kilogram.
“Kalau dia memang ingin membantu petani, harusnya menolak, karena dengan harga segitu petani sangat dirugikan. Teman-teman APTRI tidak akan menjual. Kami akan bertahan. Kalau misalkan Bulog serius, harganya minimal Rp. 10.500 perkilo,” tegas Mae.
Mae menilai, penyegelan itu hanya untuk menekan para petani, agar petani pasrah dan menjual dengan harga yang diinginkan Bulog, tentunya sangat jauh dari harga eceran tertinggi yang ditentukan pemerintah sebesar Rp.12.500 perkilogram.
“Analisa saya petani supaya pasrah, akhirnya menjual gulanya dengan harga Rp. 9.700. Tentunya ini sangat merugikan petani, nantinya berdampak pada perusahaan atau investor lain yang akan membeli gula petani lebih murah. Karena perusahaan BUMN harganya saja segitu. Pada 28 Agustus nanti, kami akan aksi di istana. Ada 10 ribu petani se-Indonesia yang siap ikut,” tandasnya. (Riky Sonia)
Komentar