Usaha Pemutaran Film Layar Tancep Terancam Gulung Tikar

Cirebontrust.com – Layar Tancep, hiburan masyarakat yang satu ini, mungkin sudah jarang ditemui di wilayah Kabupaten Cirebon. Padahal hiburan yang dulu sempat menjadi primadona bagi masyarakat. Saat ini mulai sulit diikmati hiburan, kini sebagian masyarakat menyukai hiburan lain.

Poster film yang dibintangi artis Suzanna, Barry Prima, juga Yurike Prastica, terpasang rapi di sebuah rumah di Desa Setu Kulon, Kecamatan Weru, Senin (21/07).
‘Titisan Dewi Ular’ dan ‘Ratu Pantai Selatan’, dua judul film yang sangat jadul, masih terasa hidup di rumah ini. Usaha layar tancap masih dilakoni Tito Film, yang kantornya berada di Desa Setu Kulon tersebut.

2017 merupakan tahun tersepi, setelah sempat mengalami era kejayaan pada tahun 80 an hingga 90 an. Tito Film bahkan pernah mendapatkan order hingga 40 unit dalam satu malam pada era kejayaannya, sekarang perusahaan ini menerima order saat perayaan 17 Agustusan dan itupun kadang hanya beberapa unit.

“Tahun ini benar-benar sepi, kami paling ada order pada perayaan 17 Agustusan saja,” ungkap penanggung jawab Tito Film, Cahyo.

Saat 17 Agustusan kemarin, setidaknya keluar lima unit alat layar tancap ke beberapa desa. Dengan satu kali manggung untuk 17 Agutusan yang hanya Rp 700-750 ribu, nilai ini tidak sebanding dengan perawatan peralatan layar tancap.

Satu LCD yang dibeli Tito Film saja mencapai Rp 40 juta, dan perusahaan ini memiliki beberapa LCD yang mampu memutar film hingga lima jam nonstop.

Sementara saat Lebaran usai beberapa waktu lalu, di mana banyak warga yang menggelar pesta pernikahan, Tito Film pun tidak banyak meraup untung. Sebab, sebagian besar dari warga justru tertarik mengadakan hiburan organ tunggal.

BACA JUGA:  FH Unswagati Gelar Kuliah Umum, Bahas Perda RTRW Kota Cirebon

“Sekarang kan banyak sekali yang menanggap hiburan organ saat pernikahan. Layar tancap kadang kalau peringatan HUT RI saja,” katanya.

Cahyo mengaku, di tengah masa sulit ini, Tito Film tetap ingin mempertahankan kualitas film. Sebab, dengan mempertahankan kualitas film ini, maka masyarakat akan puas saat menonton layar tancap.

Menurutnya, salah satu hal yang membuat bisnis layar tancap semakin terkikis adalah maraknya perusahaan serupa namun izinnya abal-abal. Tito Film sendiri merupakan perusahaan sewa layar tancap yang memiliki izin lengkap, seperti izin perusahaan hingga izin tayang.

“Juga tersedianya alat in focus di sekolah-sekolah atau kantor-kantor yang bisa dipinjam untuk memutarkan film membuat bisnis kami lesu,” katanya. (Iskandar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *