Cirebontrsut.com – Menurut seorang filsuf legendaris dunia, Aristoteles, seni lukis adalah sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Hal itulah yang benar-benar diejawantahkan seorang pelukis jalanan bernama, Asep warga Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon.
Pria yang biasa disapa, Asep Lukis kegiatan melukis baginya bukan hanya untuk penyalur hobi, namun juga dijadikan mata pencaharian untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Memanfaatkan tempat seadanya, di trotoar jalanan di Sukalila, Kota Cirebon, dijadikan sebuah galeri dadakan. Asep memajang hasil karyanya di tembok kusam sebuah bangunan gudang yang sudah lama tidak aktif.
Ia terlihat serius melukis sebuah objek dengan seperangkat alat lukis, yakni kertas dan pensil. Sambil memegang telepon genggam di tangan kiri, dan pensil di tangan kanan. Dia fokus membuat sketsa gambar objeknya yang ada di telepon genggam tersebut.
Hiruk pikuk kendaraan di jalanan tidak menganggu fokusnya menggambar. Ia tetap fokus melukis, hingga menyelesaikan sebuah objek gambar yang utuh.
“Saya di sini sudah 4 tahun. Tiga bulan pertama buka sempat tidak dilirik, ketika itu uang sudah habis, tinggal Rp 100.000. Tapi saya tetap jalan, karena saya yakin, yang namanya usaha pasti akan ada hasilnya,” tuturnya.
Asep, yang asli warga Tegal itu bercerita, awal mula karyanya mulai dilirik, ketika seorang penulis sastra bernama, H. Romlah Suhadi memintanya untuk membuatkan gambar sampul bukunya.
Selain itu, turis Jepang pun kepincut dengan karyanya, waktu itu sang turis meminta, Asep untuk melukisnya dan membayar karyanya Rp 25 juta. Terakhir dia melukis seorang tokoh spiritual muda yang juga Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Ustaz HM Ujang Busthomi.
“Itu paling berkesan. Saya di situ suruh andil pembuatan sampul karya bukunya yang ke-10. Saya dikasih bayaran Rp 14 juta. Almarhum yang mantan guru SMA 2 Cirebon itulah yang membuat saya semangat. Bikin karya saya naik, dan diakui,” ungkapnya.
Meski tempatnya sangat sederhana, di jalanan. Tidak sedikit orang, bahkan anak-anak sekolah sering nongkrong di tempatnya. Mereka di situ belajar melukis, tanpa dipungut biaya seperser pun. Asep pun mengaku senang, jika ada orang yang ingin belajar melukis kepadanya.
Dia ingin membuka sebuah cafe dengan konsep galeri lukisan. Tempat yang menjadi targetnya di Cirebon Super Blok dan di kompleks Kampus IAIN. Nantinya, setiap malam minggu akan diadakan demo melukis.
”Saya ingin jadi seniman yang digemarin orang. Pengen ngebanggain kota dimana kita tinggal. Bagi saya, Cirebon itu tempat paling nyaman. Biaya hidupnya terjangkau murah. Pasarannya cukup lumayan,” terangnya.
Sebelum di Cirebon, Asep pernah buka galeri lukisan di Jakarta selama satu tahun pada 1996. Setelah itu ia mengadu nasib di Bali selama 6 tahun, yakni 2001-2007.
Namun, akhirnya dia lebih memilih untuk menetap di Cirebon, lantaran dekat dengan orang tuanya di Tegal serta istri dan anak di Cirebon. (Riky Sonia)
Komentar