CIREBON (CT) – Datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta makin padunya konsep Metropolitan secara tersirat bakal menggerus kebudayaan leluhur, terutama yang bersifat religius.
Mobilitas masyarakat Cirebon yang diprediksi makin cepat mengancam ritual dan kebudayaan leluhur yang mengajak manusia untuk senantiasa arif dan bijaksana.
“Ngomong-ngomong masalah seni dan budaya, Saya berharap dan memohon kepada para seluruh pelaku seni dan budaya Cirebon agar diselipkan sisi agama islam,” terang praktisi budaya yang juga Wakil Direktur Badan Pengelola Sunyaragi, Muhammad Akbar, Jumat (05/03).
Akbar pun mengingatkan kepada pelaku seni, untuk tetap mengacu pada jargon Cirebon Kota Wali dengan mengedepankan aspek keislaman dalam setiap kegiatan.
“Dulu pada zaman Waliullah Syekh Syarif Hidayatullah itu, penyebaran agamanya melalui budaya dan kesenian. Jadi sekarang ini, apalagi Cirebon akan menjadi Kota Metropolitan, saya mohon dengan sangat kepada para pelaku seni dan budaya jangan sampai lupa dengan basis utama Kota Cirebon adalah Kota Wali,” papar Akbar.
Akbar pun menceritakan detail bagaimana ritual keagamaan yang diwariskan Waliullah bisa diterapkan dalam menjalankan setiap kegiatan, utamanya dalam kegiatan menyambut Cirebon Kota Metropolitan.
“Dalam setiap kegiatan, bisa kiranya diselipkan sisi nilai-nilai agama, seperti shalawatan atau memuji Nabi Muhammad SAW. Itu sangat penting. Karena tidak ada Cirebon yang seperti ini tanpa jasa Syekh Syarif Hidayatullah dan Mbah Kuwu Cirebon,” papar Akbar. (Wilda)