Ratu Riana Sofia Yasmin: Gadis Muda Asal Cirebon yang Giat Menari Tradisi

  • Bagikan

CIREBON (CT) – Menjadi penari tradisional agaknya menjadi hal yang jarang diminati generasi muda saat ini. Menemukan seseorang yang masih mempertahankan budaya Negeri seakan sesuatu yang sangat langka. Dengan maraknya tarian-tarian modern, menjadikan tarian tradisional menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat kita sekarang.

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Ratu Riana Sofia Yasmin (17), gadis kelahiran Cirebon, 1 Desember 1999, yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMAN 3 Cirebon ini memiliki hobi menari. Ia mulai menari sejak masih di taman kanak-kanak. Kata dia, menari adalah hal penting dalam hidupnya. Karena dengan menekuni tarian tradisional, maka ia telah mempertahankan dan melestarikan budayanya agar tidak mati.

“Dengan menari kita bisa mengeksperikan tubuh. Dengan menari kita bisa mengeskplorasi budaya tradisional. Juga bisa mengembangkan berbagai ragam gerak khususnya tarian-tarian yang menjadi ciri khas Cirebon, dan yang pasti membuat kedua orang tua bangga,” tuturnya kepada CT, Kamis (05/03).

Sejak duduk di Sekolah Dasar, Riana sudah sering ikut lomba menari. Kegemarannya akan menari masih digelutinya sampai sekarang dan menjadi talenta yang sangat luar biasa. Sehingga dengan bakatnya tersebut, Riana bisa memiliki banyak pengalaman, melatih keberanian dan banyak teman serta bisa dikenal.

“Dengan menari bisa keliling Indonesia, ke Bogor, Bandung, Banten, Kalimantan, Garut, Jogja, Solo. Pas waktu anak-anak cuma liat-liat saja, Pas masuk SD, kalau ada perpisahan suka ada penampilan dari setiap kelas, dari situ saya mulai fokus untuk nari tradisional karena ingin tampil di acara perpisahan kelas 6,” tuturnya.

Sudah 11 tahun Riana menekuni dunia tari tradisional, hingga ia bisa menguasai macam-macam tarian khas Cirebon. Seperti tari putri, tari bedaya, tari pemaisuri, tari topeng wanda, tari buring, tari kajongan, ronggeng pesisir, tari manggala yuda, titi rasa, dan lainnya. Suka duka ia rasakan, dengan harus membagi-bagi waktu sekolah dan mengajar nari.

BACA JUGA:  POPKOTA Cirebon Ajang Untuk Cetak Atlet Handal

“Tapi saya tetap semangat, yang paling harus sabar ketika saya harus menguasai tari rimbe, nadanya yang lamban. Dan dalam dua bulan baru bisa menguasainya. Ketika tampil pun memakan waktu sekitar dua jam setengah. Dari kesabaran itu akan membuahkan hasil yang luar biasa untuk saya,” katanya.

Dan dunia seni memang sudah mengalir dalam dirinya. Hal terbukti karena kedua orang tuanya memiliki sanggar seni dan sudah puluhan tahun menggeluti dunia seni, baik tari maupun karawitan. Sanggar tersebut sudah jadi turun temurun dari kakeknya, dan sekarang dilanjutkan oleh kedua orang tuanya. Dengan mempunyai sagar seni, dan memiliki talenta yang luar biasa, tidak membuat ia tinggi hati. Ia ajarkan kepada teman-temannya yang ingin belajar nari.

“Saya merasa senang karena tarian tradisional ini masih banyak yang menyukai, bahkan teman-teman saya ingin belajar. Dan dari sinilah saya punya kewajiban harus bisa melestarikan tarian tradisional ini, malah setelah lulus sekolah rencana mau melanjutkan kuliah mengabil jurusan seni tari,” tuturnya. (Putri Murni)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *