Cirebontrust.com – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) produsen semen Tiga Roda, meluncurkan produk barunya Tiga Roda (TR) Superslag Cement.
Hal itu, dianggap sebagai jawaban atas tuntutan pasar, untuk jenis semen low-heat hydration, bahan baku mass concrete, memiliki tingkat resistansi sulfat tinggi dan tahan lama.
Produk baru tersebut, dikenalkan melalui Seminar bidang Konstruksi bertajuk “Slag Cement, Teknologi, Aplikasi dan keunggulannya untuk Konstruksi Indonesia” digelar di Shangri-La Hotel Jakarta belum lama ini.
Seminar dibuka oleh, Ir. Deded Permadi Sjamsudin, MEng, SC Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan, red) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Seminar itu, menghadirkan pembicara, Prof, Ir Iswandi Imran, MASc, PhD pakar konstruksi Institut Teknologi Bandung, Dr, Ir, FX Supartono praktisi konstruksi), Dr Diego Rosani pakar slag cement Heidelberg Technology Center dan Dr Arvind K Suryavanshi dari Indocement.
“Seminar ini, melengkapi momentum Indocement meluncurkan produk barunya yaitu Tiga Roda (TR) Superslag Cement. TR Super slag Cement merupakan komitmen Indocement untuk terus berinovasi dalam melahirkan produk semen yang memberikan durabilitas tinggi dan ramah lingkungan,” jelas Direktur Utama Indocement, Christian Kartawijaya.
Dikatakannya, pihaknya saat ini TR Superslag Cement mulai menerima pesanan dengan harga khusus. Pesatnya pembangunan di Indonesia, lanjutnya menuntut pihaknya melakukan terobosan baru dalam dunia konstruksi, salah satunya meluncurkan Slag Cement.
“Slag Cement, merupakan jenis semen portland yang memanfaatkan, slag dari industri baja sebagai salah satu bahan bakunya. Dalam proses produksinya, Slag Cement menghasilkan emisi CO2 yang rendah sehingga sangat ramah lingkungan,” tandasnya.
Jenis semen ini, katanya memiliki keunggulan secara kualitas, sehingga sudah sangat dikenal di luar negeri. Slag Cement sangat direkomendasikan untuk proyek dermaga dan bendungan serta pembuatan paving beton dan fondasi.
Dikenal sebagai semen yang ramah lingkungan, ujarnya karena menekan CO2 pada proses produksinya serta penggunaan sisa dari industri baja sebagai bahan baku, sehingga layak disebut sebagai jawaban untuk konstruksi yang berkelanjutan (sustainable). (Sukirno Raharjo)
Komentar