MAJALENGKA (CT) – Menjelang bulan puasa Ramadhan yang tinggal sepekan lagi terjadi lonjakan harga kacang kedelai di pasaran, mengakibatkan tidak sedikit para pengusaha tahu mogok produksi bahkan hingga gulung tikar.
Namun tidak demikian dengan ratusan pengusaha tahu di Desa Talaga Wetan Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka yang memilih untuk bertahan melanjutkan usahanya.
“Walaupun harga kacang kedelai melonjak tinggi hingga Rp. 8000 /kg, kami tetap terus menjalankan usaha memproduksi tahu karena merupakan satunya-satunya mata pencaharian warga di sini,” kata Eti (43) pemilik pabrik tahu di blok Calincing Desa Talaga Wetan, Senin (30/05)
Hampir 80 persen masyarakat di desa Talaga Wetan berprofesi sebagai pengrajin tahu, seperti di blok Astana, Calincing dan Kedawung. Tahu Talaga sudah banyak dikenal masyarakat luas karena rasanya yang gurih dan berisi, dengan bumbu bawang dan cabe didalamnya.
Bahkan pelangganya bukan hanya dari Majalengka saja bahkan hingga kabupaten tetangga seperti Cirebon, dan Kuningan merupakan pasar utama tahu Talaga. Apalagi selama bulan puasa biasanya omzet pesanan tahu asal Talaga meningkat hingga 100 persen.
Menurut Eti, untuk menyiasati naiknya harga kacang kedelai ia dan ratusan pengusaha tahu di desa Talaga Wetan sepakat untuk menaikan harga tahu, dan memperkecil ukuran tahu dari biasanya. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat kelangsungan usaha para pengusaha tahu di sini, selain itu para pelanggan masih bisa menikmati tahu dari Talaga.
“Apabila pabrik tahu kami tidak berproduksi maka pelanggan akan lari ke produsen Tahu yang terus berproduksi. Walaupun untung sedikit namun yang terpenting modal tertupi,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Eti, ia biasanya sehari menghabiskan 2 kuintal untuk memproduksi tahu, namun sekarang sejak kedelai mahal paling mengabiskan 130 kg kedelai karena permintaan konsumen juga menurun.
“Sekarang untuk 1 kuintal kedelai harganya Rp.800.000,- beli dari Toko,” jelas Eti yang menjual Tahunya sampai ke Cirebon dan Indramayu.
Hal senada diungkapkan Yayan (30) seorang pengusaha tahu di blok Astana Desa Talaga Wetan. Yayan mengungkapkan ketika dirinya membuka pabrik tahu 10 tahun yang lalu harga kedelai Rp. 5.000,-/kg keuntungan pabrik tahu sudah menipis karena melonjaknya harga gas dan semakin susahnya kayu bakar untuk merebus tahu.
“Sebenarnya dengan harga kedelai sekarang kami bias mogok memproduksi tahu, namun kalau kami mogok pelanggan akan lari ke yang lain karena tidak ada kekompakan dari para pemilik pabrik tahu disini, jadi daripada pelanggan lari terpaksa kami berproduksi meski hanya mengandalkan keuntungan dari ampas,” jelasnya.
Pengusaha tahu lainya, Pipit (29) pemilik pabrik tahu di blok Kadawung Desa Talaga Wetan. Menurut Pipit pabriknya sehari menghabiskan ½ kwintal kedelai yang dibelinnya dari toko seharga Rp.350.000,- dari sebelumnya hanya Rp.250.000,-.
“Kami terpaksa terus berproduksi karena kebetulan ini perusahaan keluarga yang pekerjanya anggota keluarga, kalau untung mereka dapat upah kalau tidak mau bagaimana lagi, usaha ini sudah turun-temurun,” jelasnya.
Pipit cuma mengharapkan para pemilik pabrik tahu yang berjumlah sekitar 1.200 orang yang terletak di 4 blok yaitu blok Astana, Kadawung, Surabaya dan Calingcing Desa Talaga Wetan untuk kompak dan meminta kepada pemerintah agar minimal mengembalikan harga kedelai menjadi Rp. 6.000/kg agar pengusaha Tahu tidak bangkrut. (Abduh)
Komentar