Oleh; Nurdin M. Noer
KATA “archaic” (arkais) selalu merujuk pada kekunoan, kolot, lama atau sesuatu peradaban yang dilalui manusia dan sudah ditingggalkan. Namun dalam kata “archaic” itu sendiri mengandung kekuatan spiritual yang mampu merangkai peradaban manusia berikutnya.
“Menusa Cerbon” dianggap arkais oleh budayawan Betawi Ridwan Saidi dalam sebuah diskusi bersama Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Dalam pandangan Ridwan Saidi maupun Dedi Mulyadi, arkaisme tidak selalu harus buruk dan ketinggalan zaman. Tetapi harus merujuk pada awal melangkahnya peradaban tersebut. Ada semangat (spirit) dalam spiritualisme yang mampu membangun kemuliaan peradaban manusia itu sendiri.
Dalam kasus ini, filolog Raffan Hasyim lebih memberikan pandangan “kekunoan” terhadap bahasa lokal Cirebon. “Bahasa Cerbon” dianggap sebagai “bahasa kuno” yang bersumber dari Sansekerta. Apa yang dipercakapkan “Menusa Cerbon” dalam bahasa lokalnya saat ini tak lebih dari 13.000 kosakata Sansekerta (Kamus Sansekerta Purwadi, 2008) diserap bahasa Cerbon dari 14.000 kosakata yang dikumpulkan dalam kamus tersebut.
Kata “ré(h)yang” misalnya, yang biasa diucapkan masyarakat Indramayu (Dermayu) merujuk pada semangat spiritualisme masyarakat kuno. “Ré” berarti memerintah, sedangkan “hyang” merupakan sesembahan, seperti Tuhan, dewa dan kekuatan spiritual lainnya. Dengan demikian “ré(h)yang” berarti siap diperintah Tuhan atau dewa. Kata “ré(h)yang ini juga masih digunakan untuk menyebut “orang pertama” (diri) di sekitar pegunungan Tengger dan Singosaren.
Kedudukan yang sama pada kata “kula” yang berasal dari ”kaula” yang diartikan sebagai “abdi” (hamba). Dalam bahasa Indonesia “kawula” diucapkan sebagai “saya” yang berarti “sahaya”. Dari kata diri tersebut, memberikan nuansa spiritual dalam bentuk “penghambaan” pada yang Maha Kuasa.
Bahasa Sansekerta masih juga tetap digunakan sebagai bahasa ritual dan bahasa kitab dalam praktek dan amalan dua agama dunia, yakni Hindu dan Budha; lihat misalnya pernyataan Krisnamachariar (1970) tentang penggunaan bahasa Sansekerta pada hari ini. Oleh karena itu, bahasa Sansekerta bukan hanya pernah berfungsi sebagai bahasa budaya dan agama pada suatu ketika dulu, tetapi juga sebagai bahasa yang – melalui turunannya dan peranannya dalam amalan dan upacara dua agama dunia itu – tetap berwibawa di pentas dunia saat ini (James T.Collin, 2009).
Peradaban Arkais
Dalam perjalanan peradaban manusia, periode sekitar 750-480 SM secara tradisional disebut “Abad Archaic” karena dianggap kuno, atau memang kuno, dibandingkan dengan Periode Klasik yang diikuti sesudahnya. Namun, Yunani (Ancient Greece) selama periode ini menghasilkan inovasi mengejutkan: negara kota pemerintahan sendiri, jenis imajinatif seni dan arsitektur, dan puisi Homer. Melanggar tradisi Mediterania pemerintahan kerajaan, Yunani berjuang untuk membuat jenis baru dari organisasi politik bagi masyarakat mereka yang tengah tumbuh. Tujuan utamanya adalah untuk menghindari otoritas politik pusat yang kuat, meskipun kadang-kadang para tiran merebut kekuasaan tunggal negara-kota. Orang-orang Yunani mencoba untuk berbagi aturan, kadang-kadang dalam kelompok terbatas (oligarki) dan kadang-kadang di antara seluruh penduduk laki-laki (suatu bentuk demokrasi). Di beberapa daerah, mereka juga merancang liga (ethnos) sebuah aliansilonggar yang terpisah secara geografis, kelompok-kelompok kecilyang setuju untukberbagihukumdan pertahanan-sebagai bentuk baru dariorganisasi politik.
Paleolitik/Mesolithic/sistem pembagian Neolitik pertama kali diterapkan hanya untuk situs di Eropa, namun sekarang banyak digunakan (dengan beberapa modifikasi) untuk merujuk pada pembangunan manusia prasejarah di sebagian besar Asia, Afrika, dan Australasia. Terminologi yang berbeda sering digunakan untuk menggambarkan kronologi budaya-sejarah Amerika, pada manusia tidak mencapai sampai beberapa titik antara 20.000 dan 12.000 tahun yang lalu. Namun, ada kesamaan umum dalam transisi dari alat-alat batu dipipihkan terkait dengan prasejarah pemburu-pengumpul untuk kedua dipipihkan dan alat-alat batu tanah terkait dengan munculnya masyarakat petani awal. Periode di Amerika sampai akhir Pleistocene Ice Age sekitar 10.000 tahun yang lalu, ketika sebagian besar manusia pemburu-pengumpul, disebut Paleo-Indian dan periode postglacial selanjutnya dikenal sebagai Archaic (ibid).
Dalam bahasa, Cerbon sangat dipengaruhi “arkaisme bahasa”, meski tak mengalami kejayaan peradaban kuno, seperti bangsa-bangsa besar lain di dunia. Peradaban Cirebon dimulai saat berkembangnya agama Hindu dan Islam di Tanah Jawa. Tradisi menulis aksara “carakan” (hanacaraka) telah dikenal sejak awal abad Masehi di daerah Pasundan dan Jawa.***
Wartawan senior, pemerhati kebudayaan lokal