KUNINGAN (CT) – Momentum perayaan Idul Fitri selalu menjadi perhatian kalangan masyarakat. Misalnya, kaum sarungan di Kuningan yakni, wakil Sekretaris Gerakan Pemuda (GP) Anshor Alan Suwgiri menyatakan, bahwa tradisi Ngembang atau Nyekar ke kuburan keluarga di saat tertentu, jelas menjadi sebuah budaya yang tak bisa tidak dilakukaan. “Apalagi seperti lebaran idul fitri sekarang,” kata Alan, Rabu (06/07).
Disebutkan, Allah SWT menciptakan Idul Fitri sebagai hari pesta kemenangan dan saat syukuran bagi mereka yang telah menjalankan ibadah puasa. “Hari dimana manusia kembali kepada Fitrah aslinya, yang tidak punya dosa dan noda seperti seorang bayi yang baru lahir dari kandungan Ibunya. Lahir dengan wajah dan mental baru menjadi manusia berwatak jiwa tauhid yang tinggi,” ungkapnya.
Disamping itu, kata Alan, sebuah kalimat atau ucapan hari raya Idul Fitri, minal ‘Aidin Wal Faizin hadir, selalu disambut dengan takbir, tahlil dan tahmid sebagai bentuk pensucian akidah dari anasir kemusyrikan yang dapat merusak tauhid seseorang. “Karena fitrah manusia adalah tauhid kepada Allah SWT. Al Quran menerangkan bahwa sesungguhnya manusia telah bertauhid sejak ia di alam arwah,” ucapnya. (Ipay)