Oleh DADANG KSUNANDAR*
SAIDA-Saeni Anak Punk, Kembang-kembang Para Pejuang, Wulan Kotak ning Godong Blarak, Durung Mati Sukmane Wis Nglayung-layung dan Srengenge Surup ning Bengawan Cimanuk ~dipentaskan dalam Festival Teater Basa Dermayu di Gedung Kesenian Mama Sugra. 23 peserta SLTA se Kabupaten Indramayu menyajikan lima naskah teater karya Supali Kasim.
Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November, SMK PGRI mementaskan Kembang-kembang Para Pejuang tampil sebagai peserta pertama. Festival ini berlangsung hingga Minggu 12 November 2017. Dari kelima naskah, Saeda Saeni Anak Punk merupakan naskah yang paling banyak dipilih peserta. 10 peserta mementaskan naskah ngepop ini karena merupakan naskah kreatif yang lepas dari cerita aslinya. Agaknya pula naskah ini dipilih para guru/ pelatih teater lantaran situasinya dapat diadaptasi pada saat ini. Wulan Kotak ning Godong Blarak dipilih oleh enam peserta.
Saya kagum atas kesungguhan peserta. Property pertunjukkan dibawa dari sekolah masing-masing. SMA Negeri 1 Anjatan sekira 70 km dari lokasi pentas di kota Indramayu menyertakan 10 kelompok teater. Ini terobosan menarik yang dilakukan guru kesenian sekolah itu. Kesungguhan untuk mementaskan karya siswanya di luar sekolah adalah daya tarik tersendiri.
Tiga orang juri, Ucha M. Sarna, Candra N. Pangeran dan Ruhaendi dipatok selama tiga hari mengamati pertunjukkan. Jeda waktu antarpertunjukkan selama 15 menit. Jeda waktu itu digunakan untuk persiapan pentas.
Sejak hari pertama menyaksikan pentas ini, kesungguhan peserta berekspresi panggung layak dicatat. Rata-rata berlatih selama dua bulan di sekolah masing-masing oleh guru mereka. Meski seluruh sekolah yang menghadirkan grup teaternya, tidak ada seorang guru pun yang berlatar belakang pendidikan teater. Namun demikian kesungguhan para guru itu luar biasa.
Bangku penonton sejumlah 250 dipenuhi suporter masing-masing peserta. Jadi mereka hanya menyaksikan pentas teman-temannya dan setelah itu pulang. Ini agaknya cukup disayangkan. Padahal jika menonton pentas sekolah lain bisa untuk komparasi pentas berikutnya.
Bertema, “Menyelami Kehidupan, Menghayati Kebudayaan”, festival teater ini merebutkan kelompok teater terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik, aktor pembantu terbaik, aktris pembantu terbaik, penata suara/ musik terbaik, penata cahaya terbaik, penata busana terbaik, dan penata rias terbaik.
Meski peserta umumnya merupakan para pemula berteater, keseriusan teman-teman di Indramayu menghidupkan teater di kalangan pelajar (terlebih dalam bahasa daerah) merupakan keasikan tersendiri. Salut kepada Lembaga Basa lan Sastra Dermayu (LBSD). []
*Peminat tontonan, tinggal di Cirebon.