oleh

Dibalik Kondisi Nenek Tinggal di Gubuk Bukti Protret Kemiskinan di Majalengka

Majalengkatrust.com – Hidup sebatang kara di dalam gubuk yang hampir ambruk, berbalut pakaian lusuh dan usang, seorang nenek tua terbaring tak berdaya menjalani kehidupan sehari-hari jauh dari perharian pemerintah.

Tanpa bantuan orang lain, dia dipaksa harus bisa mengurus raganya sendiri yang renta. Terlihat, kulitnya sudah keriput, punggungnya sudah membungkuk dan pendengarannya tak lagi sempurna sulit berkomunikasi dengan nenek ini.

Hidup jauh dari hiruk pikuk kota, tepatnya di Desa Padahanteun, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, nenek yang sudah menginjak usia 70 tahun ini tinggal sendirian dan hidup bergantung dari belas kasihan orang lain.

Dia adalah, nenek Sampen yang hidup sendiri dan sebatang kara. Untuk makan sehari-harinya, hanya mengandalkan pemberian dan bantuan dari keluarga dan masyarakat sekitar.

“Sehari-harinya, nenek Sampen, hanya bisa berbaring di gubuk kecil dengan dinding dari bambu yang sudah lapuk dimakan usia. Ketika hujan turun, nenek renta ini harus bertahan di dalam gubuknya yang bocor dalam kedinginan,” Kata Kapolsek Sukahaji, AKP Mohadi, SH melalui anggota Bhabinkamtibmas, Bripka Durohman saat menjenguk ke rumah nenek tersebut.

Gubuk yang terbuat dari bambu dan kayu itu pun sudah mulai lapuk dimakan rayap. Dikatakan Dia, Diusianya yang renta, nenek Sampen saat berjalan dari tempat tidur menuju ke ruangan tamu saja, ia harus melangkahkan kakinya dengan tertatih-tatih tanpa alas kaki dengan memegang Satu tongkat dari kayu.

kondisi nenek Sampen semakin diperparah dengan tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat.

“Kami harapkan Mak Sampen, diusianya yang sudah senja ada perhatian serius dari pemerintah daerah,” harap Bripka Durohman.

Sementara itu, menurut Nenek Sampen juga berharap agar Pemkab Majalengka dan donatur lainnya mau memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah, karena dia seorang janda yang sudah tua dan tidak punya anak yang sudah tak berdanya.

Untuk makan sehari hari pun mengandalkan pemberian dari tetangga dan keluarganya, apalagi memperbaiki rumah.

“Mak mah, kadang teu emam lamun teu aya anu masihan mah” ungkap nenek Sampen sambil meneteskan air mata yang membasahi pipinya itu.

Hal tersebut juga dibenarkan beberapa warga sekitar, kondisi rumah nenek Sampen sudah tak layak pakai untuk di huni ,karena dinding serta tiang rumahnya sudah banyak yang patah.

Bahkan, rumah itu sudah hampir ambruk akibat beberapa tihang penyangganya sudah pada lupuk dimakan usia. (Abduh)

Komentar