Oleh: Nurdin M. Noer
GEGER perkawinan sejenis antara pasangan perempuan dan perempuan (lesbian), lelaki dan lelaki (gay), serta pensyahan biseksual dan transgender (LGBT) di Amerika Serikat juga perilaku seks menyimpang,seperti sodomi (paedofilia) terhadap anak-anak usia balita, mengingatkan kisah pada masa Nabi Luth a.s. negeri Sodom dan Gomora. Dua negeri yang diinformasikan tiga kitab suci agama samawi, masing-masing Taurah, Injil dan Al-Quran yang diazab Allah swt,karena melakukan perilaku seks yang menyimpang. Dari nama asal negeri “Sodom” itu akhirnya berkembang dan memantapkan istilah “sodomi” sebagai perilaku manusia yang menyimpang.
Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut Merah. Kaum ini diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian arkeologis mengungkapkan, bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Palestina-Yordania.
Pencerita terkenal kisah-kisah Al-Quran, Harun Yahya memberikan gambaran, “Kaum Luth telah mendustakan rasulnya, ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. Mereka menjawab “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang yang diusir”. Luth berkata ‘Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu’.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 160-168).
Mendustakan ancaman
“Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.” (QS. Al Qamar, 54: 33-36).
Luth hidup se zaman dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah satu kaum tetangga Ibrahim. Kaum ini, sebagaimana diutarakan dalam Al Quran, mempraktikkan perilaku seks menyimpang yang belum dikenal dunia saat itu, yaitu sodomi (homoseksual) dan lesbian. Ketika Luth menyeru mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari kenabiannya, dan meneruskan penyimpangan mereka. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan.
Sodom dan Gomora, seperti dicatat dalam ensiklopedia Encarta Reference Library (2003), dalam Perjanjian Lama terutama Kejadian 18 , 19, dua kota kuno di dekat Laut Mati . Alkitab hampir selalu berbicara tentang mereka bersama-sama . Dengan Adma, Zeboim dan Zoar, mereka membentuk lima ” kota di dataran tinggi, ” semua tapi terakhir – nama yang dikatakan telah dihancurkan oleh hujan belerang, mungkin disertai dengan gempa, karena kejahatan penghuninya .
Beberapa bukti menunjukkan, bahwa mereka hancur dan situs mereka kini berada di bawah Laut Mati. Kisah Alkitab tentang kehancuran kota dianggap oleh banyak kritikus mirip dengan cerita ditemukan di antara orang-orang Arab (dan masyarakat kuno lainnya) mengenai hilangnya suatu tempat secara tiba-tiba; memang, Luth yang dalam kisah Alkitab bertahan dari kehancuran, tokoh menonjol dalam Al-Qur’an. Mereka yang menyangkal akurasi literal dari ayat-ayat kitab suci berpendapat, karakter terpencil tanah di sekitar Laut Mati, yang fatal bagi kehidupan tumbuhan dan hewan , secara alami akan mengimajinasikan pemikiran beberapa bencana . Nabi Isa a.s. berkata, bahwa pada hari penghakiman Allah akan lebih parah dengan kota-kota yang menolak Injil tinimbang Sodom dan Gomora (lihat Matius 10:15, 11:20-24) .
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang sebelumnya tidak pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 28-29).
Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat luas itu, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomora, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.
Malahan, Danau Luth, atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, terletak tepat di puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi. Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan runtuhan yang berasal dari peristiwa tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah di Selatan.
Seperti diungkap Harun Yahya, peristiwa tersebut dilukiskan dengan “Kami menghujani mereka dengan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” pada bagian akhir ayat. Ini semua mungkin berarti letusan gunung api yang terjadi di tepian Danau Luth, dan karenanya cadas dan batu yang meletus berbentuk “terbakar” (kejadian serupa diceritakan dalam ayat ke-173 Surat Asy-Syu’araa’ yang menyebutkan: “Kami menghujani mereka (dengan belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.”)
Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller (2003) menulis, ”Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.
Sebuah ilustrasi yang menunjukkan letusan gunung berapi dan keruntuhan yang mengikutinya, yang memusnahkan seluruh kaum. Lava dan lapisan basal merupakan bukti terbesar, bahwa letusan gunung api dan gempa bumi pernah terjadi di sini. Bencana yang dilukiskan dengan ungkapan “Kami menghujani mereka dengan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” dalam Al Quran besar kemungkinan menunjuk letusan vulkanis ini, dan Allah-lah Yang Maha Tahu. Ungkapan “Ketika firman Kami telah terbukti, Kami jungkir-balikkan (kota)”, dalam ayat yang sama, mestilah menunjuk pada gempa bumi yang mengakibatkan letusan gunung api di atas permukaan bumi dengan akibat yang dahsyat, serta retakan dan reruntuhan yang diakibatkannya, dan hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. ***
Penulis adalah Wartawan Senior
Komentar