Citrust.id – Tingkat partisipasi masyarakat pada pilkada serentak 2018 menjadi salah satu barometer kesuksesan penyelenggaraan. Artinya, jumlah keterlibatan masyarakat pemilih sangat menentukan kualitas demokrasi itu sendiri.
Kendati demikian, untuk mencapai angka keterlibatan masyarakat atau meningkatkan jumlah partisipasi pemilih dalam setiap pemilihan, baik pileg, pilpres maupun pilkada serentak butuh tenaga dan pikiran ekstra dari para penyelenggara pemilu.
Petugas Panwascam Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Muslimin, mengatakan, dirinya memprediksi sulit mendulang angka 80 persen tingkat pertisipasi masyarakat di pilwakot 2018 ini.
“Belum lagi secara teknis penyelenggaraan pemilu khususnya di tingkat TPS (KPPS) kerap terkendala masalah klasik. Misal, terkait para pemilih di rumah sakit dan rumah tahanan,” ungkapnya.
Senada, Komisioner KPU Kota Cirebon, Sanusi, menyatakan, persoalan pemilih di lingkungan rumah sakit dan rutan sering dihadapi para petugas.
“Data pemilih di rutan tidak bisa jadi patokan karena sifat data yang keluar masuk. Hal itu berdampak pula pada penyediaan surat suara. Begitupun para pemilih di rumah sakit, biasanya diarahkan ke TPS terdekat,” katanya pada Rapat Pleno Terbuka DPHP di PPK Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (8/3).
Sanusi menambahkan, dalam rangka meningkatkan angka partisipasi dalam pilwalkot Cirebon, masyarakat dapat menyalurkan hak suaranya. Penyelenggara di tingkat KPPS, PPS, PPK dan KPU siap memfasilitasi.
“Di rumah sakit biasanya ada “rumah sakit berjalan” dengan pendampingan dari panwaslu dan saksi masing-masing paslon,” pungkasnya. /haris