Citrust.id —Metode dakwah yang dikembangan Nahdlatul Ulama (NU) sudah saatnya menjurus pada pengendalian masa depan yang ditandai kecepatan, kompleksitas, risiko, perubahan, dan kejutan.
Metode dakwah NU yang dijiwai tiga nilai utama, yakni kebijaksanaan, keluwesan, dan moderat akan tetap berdiri kokoh sebagai organisasi dakwah Islam moderat.
Demikian disampaikan Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH Maman Imanulhaq, saat menjadi narasumber dalam forum seminar nasional pada area Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2019 di Pesantren Al-Muhajirin, Cisereuh, Kabupaten Purwakarta, Jumat (20/9)
“Untuk mengendalikan masa depan, para juru dakwah NU harus memperhatikan empat nilai, yakni antisipasi, adaptasi, evolusi, dan inovasi”, tegas Anggota DPR RI terpilih dapil Sumedang, Majalengka dan Subang itu.
Selama ini, lanjut Maman, para pendakwah NU cenderung mengusung bersikap antisipasipatif, mengabaikan tiga nilai lainya, adaptasi, evolusi dan inovasi.
“Kelompok lain yang antikebhinekaan, pancasila, dan NKRI justru lebih kreatif dan inovatif dalam menguasai kanal media digital, seperti Youtube, Twitter, Facebook. Kelompok moderat kurang militan dan cenderung tidak mau berinovasi”, Kritik tokoh Muda NU yang akrab dipanggil Kang Maman itu.
Menurutnya, juru dakwah NU, baik dai maupun atau daiyah, harus menguasai kitab kuning, kitab putih dan kitab abu-abu. Artinya, mereka memiliki kemampuan dan wawasan keilmuan agama yang luas, mampu menganalisa realitas masyarakat dan harus masuk ke dalam bagian persoalan yang dihadapi masyarakat. Mereka juga perlu membangun model strategi yang cocok diterapkan di masyarakat sesuai dengan zamannya.
“Para dai harus memahami ruang dan waktu, mengenali aktor dan agen budaya modern dan membangun jaringan yang luas dan plural,” tutur mantan Direktur Relawan TKN Jokowi Amin itu.
Seminar nasional ini dihadiri oleh seratus lebih warga NU. Forum itu mengangkat transformasi dakwah pada era digital. Narasumbernya adalah KH Maman Imanulhaq, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian–Maritim Kominfo RI, Septriana Tangkary, dan dai muda NU Aqib Malik (Gus Aqib).
Adapun Septriana Tangkary mengatakan, komitmen NU sangat tampak terkait dengan penguatan pemahaman keagamaan untuk umat muslim di Indonesia.
Menurutnya, seiring dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi masyarakat juga berbeda sehingga membutuhkan model pendekatan baru.
“Jumlah penduduk kita 2.682 juta. Sementara, pengguna internet kita 150 juta orang. Jadi, sangat besar potensinya dalam mengembangkan berbagai hal, termasuk dakwah dan usaha,” pungkasnya. (Abduh)