Ilustrasi
CIREBON (CT) – Fenomena LGBT semakin hari semakin berwarna. Banyak kasus-kasus yang mencuat ke publik latentang artis-artis penyuka sesama jenis. Masyarakat setiap hari dicekoki dengan pemberitaan tentang ‘hubungan terlarang’ bahakan ada anak kecil yang ingin menjadi transgender. Sebenarnya, LGBT sebuah penyakit atau bukan?
Dalam sebuah buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) halaman 228 disebutkan homoseksual dan biseksual termasuk dalam gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual. LGBT termasuk gangguan jiwa. Karena merupakan salah satu bagian dari gangguan jiwa, penyakit ini pun juga bisa menular kepada orang lain. Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual adalah F66X1 Homoseksualitas. F66X2 Biseksualitas. Tertulis jelas. Kemudian yang dikaitkan dengan transeksualitas juga sama.
Namun, ada pula yang mengatakan bahwa LGBT bukanlah penyakit. Menurut pakar saraf, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, bakat seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, ataupun transjender sebenarnya sudah terbentuk sejak ia menjadi janin di dalam kandungan. Terbentuknya jenis kelamin, jender, dan orientasi seksual merupakan proses yang terpisah, meski saling berkaitan. Hal ini menyebabkan ada orang dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi jendernya belum tentu maskulin, dan orientasi seksualnya belum tentu ke perempuan. (Net/CT)