Citrust.id – Pelantikan perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon versi Rahardjo Djaliyang digelar di Bangsal Jinem Pangrawit berujung ricuh. Pihak keluarga Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin bentrok dengan keluarga Sultan Sepuh Aloeda II Raden Rahardjo Djali, Rabu (25/8) pagi.
Bentrokan tersebut terjadi tepat saat pembacaan naskah pelantikan, yakni pukul 08.00 WIB. Sejumlah pengikut dan keluarga dari Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin mendatangi tempat pelantikan dan mencoba untuk membubarkan prosesi pelantikan.
Peristiwa itu juga menjadikan dualisme kekuasaan di internal Keraton Kasepuhan Cirebon semakin memanas. Terlebih, saat kedua keluarga tersebut saling berhadapan. Mereka lempar argumen dan saling dorong hingga nyaris baku hantam. Ketegangan mulai mereda setelah petugas kepolisian datang.
Meski sempat ada ketegangan, prosesi pelantikan 20 anggota kabinet Keraton Kasepuhan versi Sultan Sepuh Aloeda II Raden Rahardjo Djali tetap dilanjutan.
“Semua sudah terlaksana. Suasana keraton juga tetap hangat. Saya harap kabinet bisa berlangsung seterusnya,” ujar Rahardjo usai melantik.
Menaggapi kericuhan saat proses pelantikan, Rahardjo menganggap itu hal lumrah. Ada yang suka dan tidak suka. Ia juga mengutuk tindakan premanisme. Diharapkan polemik dualisme Keraton Kasepuhan ini bisa diselesaikan dengan jalur intelektual dan hukum.
“Ini hal lumrah. Bagi yang tidak suka, mari selesaikan dengan jalur intelektual. Kita adalah orang yang berpendidikan dan bermartabat. Jangan menyelesaikan masalah secara premanisme. Kalau tidak puas, selesaikan jalur melalui hukum,” katanya.
Rahardjo juga menyinggung kegiatannya yang tidak memiliki izin dari Sultan Sepuh XV.
“Kami tidak memerlukan izin apapun untuk menggelar kegiatan di keraton ini. Kami ini keluarga besar Keraton Kasepuhan,” kata Rahardjo. (Aming)