UGJ Cirebon Kini Punya Guru Besar Ilmu Agribisnis

  • Bagikan
UGJ Cirebon Kini Punya Guru Besar Ilmu Agribisnis
Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon kini punya guru besar bidang ilmu agribisnis. (Foto: Ist.)

Citrust.id – Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon kini punya guru besar bidang ilmu agribisnis. UGJ, universitas di bawah naungan YPSGJ, telah mengukuhkan guru besar di bidang ilmu agribisnis (sosial ekonomi pertanian), yakni Profesor Achmad Faqih.

Ketua YPSGJ dan Rektor UGJ, Prof. Dr. H. Mukarto Siswoyo, Drs., M.Si mengucapkan selamat dan merasa bangga atas pencapaian Prof. Dr. Ir. H. Achmad Faqih, SP, MM. Ketua YPSGJ maupun rektor sepakat, capaian itu bukanlah kebetulan, melainkan sebuah proses perjuangan yang panjang dan penuh rintangan.

Profesor Faqih memberikan orasi ilmiah tentang “Model Pemberdayaan Kelompok Tani Tanaman Pangan Pesisir Pantai”.

Menurutnya, pembangunan pertanian ke depan diharapkan dapat memberi kontribusi yang lebih besar. Hal itu dalam rangka mengurangi kesenjangan dan memperluas kesempatan kerja. Di samping itu, mampu memanfaatkan semua peluang ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dan liberalisasi perkonomian dunia.

Prof. Faqih mengatakan, guna mewujudkan harapan tersebut, perlu sumber daya manusia (petani dan pelaku usaha pertanin) yang berkualitas dan handal. Cirinya adalah mandiri, profesional, berjiwa wirausaha, mempunyai dedikasi, etos kerja, disiplin dan moral yang tinggi, serta berwawasan global. Dengan demikian, petani dan pelaku usaha pertanian akan mampu membangun usaha tani yang berdaya saing tinggi.

Lebih lanjut, Prof. Faqih memaparkan, kegiatan pembinaan kelompok bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi. Lionberger dan Gwin (2019) dengan tegas menyatakan, kegiatan pembinaan kelompok salah satu di antara sekian banyak variabel penyebab perubahan perilaku kelompok dan perubahan yang menjadi tujuan akhir pembinaan kelompok.

“Artinya, pembinaan kelompok yang baik tidak selalu menjamin tercapainya tujuan pembangunan. Kegagalan pembangunan pertanian pun tidak selalu karena buruknya pelaksanaan pembinaan kelompok,” jelasnya.

BACA JUGA:  Sekda Jabar Intruksikan OPD Manfaatkan BIJB Kertajati

Penguatan kelembagaan masyarakat merupakan kegiatan untuk memberdayakan masyarakat petani, agar mau dan mampu secara mandiri berperan serta dalam pengelolaan usaha tani, untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Salah satu pendekatannya adalah dengan pembentukan kelompok tani. Pada pendekatan mandiri, anggota kelompok dibina untuk mandiri melalui kemampuan memecah sendiri masalah, baik teknis, sosial maupun ekonomi.

“Melalui kerja sama kelompok, anggota kelompok mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah, sampai mencari upaya pemecahan masalah dan akhirnya mengambil sendiri keputusan,” tandas Prof. Faqih. (Haris)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *