-Dok KITLV
ILUSTRASI kapal-kapal VOC saat memasuki Nusantara.*
Oleh: Nurdin M Noer*
BELANDA mulai memasuki Nusantara pada 1596, berbarengaan dengan petualangan para pelayar negara-negara Eropa ke Asia dan Amerika. Namun pendudukan Belanda terjadi pada sekira tahun 1605 di Maluku. Tiga abad penjajahan Belanda atas Indonesia merupakan tiga abad perang penjajahan bagi Belanda dan perang kemerdekaan bagi pihak kita. Tiga abad lamanya, seperti dituliskan Nasution (1977) secara berangsur-angsur mengembangkan sayap kekuasaannya atas bumi Indonesia, tiga abad itu pula rakyat Indonesia dilanda oleh beratus-ratus perang kolonial, serta selama tiga abad pula rakyat Indonesia harus membela diri dengan perang-perang gerilya atau pemberontakan-pemberontakan massa.
Belanda datang dengan kekuatan-kekuatan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan Barat, untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Indonesia yang berratus-ratus jumlahnya yang masih ketinggalan zaman, yang masih saling bercidera atau berperang saudara. Dengan demikian Belanda dapat mengalahkannya satu persatu atau tahap demi tahap.
Menurut H.A. Nasution juga, rakyat Indonesia tidak lagi bersatu. Rakyat Indonesia telah terpecah belah. Hanya dalam satu hal tetap ada persatuan dan persamaan, yakni raja-raja Indonesia sama-sama membela diri terhadap penyerangan-penyerangan yang lalim. Akan tetapi sistem beratus-ratus kerajaan yang ketinggalan zaman itu, sudah tidak mampu untuk membuat front persatuan yang teguh.
Demikianlah, dikisahkan dalam abad-abad yang terakhir suatu rangkaian peperangan dan pemberontakan di seluruh Indonesia dan Melayu yang berkesudahan dengan penjajahan oleh bangsa-bangsa Inggris, Spanyol, Belanda dan Portugis.
Jika kapal-kapal Eropa datang di sebuah pelabuhan untuk berdagang, maka tak lama kemudian menyusullah permintaan tanah atau perebutan dengan kekasaran. Kantor-kantor mereka menjadi benteng-benteng yang meluas ke seluruh kota, dan menjadi pangkalan-pangkalan. Dari pangkalan-pangkalan ini melebar pulalah wilayah taklukannya, sehingga akhirnya meluas dari pantai ke pantai dan dari pulau ke pulau. Perdagangan Eropa membawa penjajahan politik,militer dan ekonomi sepenuhnya, sehingga akhirnya rakyat harus tidak berdaulat lagi di kampung halamannya sendiri. Rakyat akhirnya harus memeras keringat untuk memerkaya dan memermudah kehidupan bangsa Eropa yang menganggap Indonesia hanya sebagai sapi perahan belaka. (NMN/bersambung)***
*Penulis adalah pemerhati kebudayaan lokal.
Komentar